,

Komandan Satgas Indo FPC (Force Protection Company) XXVI D-2/UNIFIL, Mayor Inf Wimoko, didampingi seluruh staf Satgas menerima kedatangan Tim COE (Contingent Owned Equipment) dalam rangka Periodic Inspection yang dipimpin Mr Henry di Markas Indo FPC Sudirman Camp Naqoura Lebanon Selatan, Selasa (31/7/2012).

Panser Anoa UNIFIL
DOKUMEN Indo FPC XXVI D-2/UNIFIL Tim COE (Contingent Owned Equipment) mengadakan inspeksi dalam rangka Periodic Inspection yang dipimpin Mr Henry di Markas Indo FPC Sudirman Camp Naqoura Lebanon Selatan

Inspeksi berlangsung sejak pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 15.00, oleh tim yang beranggotakan sepuluh orang Staf UNIFIL baik militer maupun sipil yang bertugas melaksanakan pemeriksaan kesiapan material dan perlengkapan yang dimiliki Satgas Indo FPC.



Menurut Mr Henry, sasaran pemeriksaan ini meliputi Major Equipment dan Self-Sustaiment yang bertujuan mengetahui kesiapan operasional Satgas yang tergabung dalam misi UNIFIL, khususnya Satgas Indo FPC yang berada di Lebanon Selatan, dan juga untuk memastikan perlengkapan yang dimiliki harus sesuai dengan MOU yang telah dibuat antara UNIFIL dan pemerintah Indonesia.


Pemeriksaan ini dikenal dengan nama Periodic Inspection, yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Pemeriksaan kali ini merupakan yang kedua kali dilaksanakan bagi Satgas Indo FPC XXVI D-2/UNIFIL selama menjalankan misi pedamaian di Lebanon Selatan.


Dalam kegiatan tersebut, Perwira Seksi Logistik Indo FPC XXVI D-2, Kapten Kav I Nyoman Artawan, yang bertanggung jawab terhadap kesiapan material Satgas mengatakan, pemeriksaan rutin setiap tiga bulan terhadap kondisi material Satgas dimaksudkan untuk mengetahui sedini mungkin kondisi materiil dan alat perlengkapan yang dimiliki Satgas. Dengan demikian, semuanya selalu dalam keadaan siap operasi dan sesuai dengan MOU yang telah dibuat.

Kendaraan tempur "Anoa", merupakan kendaraan tempur produksi PT PINDAD–Indonesia yang baru datang dari Indonesia, mendapat kesempatan pertama inspeksi dari tim COE UNIFIL. Inspeksi ini meliputi sistem komunikasi, persenjataan, alpal pendukungnya hingga kemampuan laju ranpur. Dari hasil inspeksi ranpur, Anoa dinyatakan memenuhi standar yang telah ditentukan UNIFIL. Keberadaan APC Anoa di UNIFIL menggantikan ranpur sejenisnya yaitu APC VAB NG buatan Perancis.


Dari hasil pemeriksaan tersebut, Tim COE menyimpulkan bahwa secara keseluruhan Satgas Indo FPC XXVI D-2/UNIFIL memenuhi standar kesiapan material COE yang ditentukan oleh PBB. Namun demikian, kesiapan ini harus selalu dipelihara dalam kondisi apapun, baik saat inspeksi maupun tidak. Demikian pesan Komandan Satgas Indo FPC kepada seluruh personel yang terlibat dalam inspeksi Tim COE UNIFIL kali ini.


Sumber : Kompas

Peresmian Pembangunan Kapal Tanker (BCM) berukuran panjang 122,40 meter, lebar 16,50 meter dengan kecepatan maksimal 18 knots sedangkan untuk kapal LST berukuran panjang 117 meter, lebar 16,40 meter dengan kecepatan maksimal 16 knots

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI Sjafrie Sjamsoeddin didampingi Irjen Kemhan  Laksdya TNI Sumartono, dan Wakasal Laksdya TNI Marsetyo serta sejumlah Pejabat Mabes TNI dan Angkatan, Selasa (31/7), meresmikan pembangunan tiga kapal perang di Galangan Kapal PT. Dok dan Perkapalan (DKB) Kodja Bahari, di Jakarta, yang ditandai dengan peletakan lunas (keel laying) pembangunan satu unit kapal perang jenis Bantu Cair Minyak (BCM) serta pemotongan baja pertama (first steel cutting) untuk pembangunan dua unit kapal jenis Landing Ship Tank (LST)



Dalam sambutannya, Wamenhan mengatakan, Peristiwa peresmian ini merupakan bukti satu langkah maju dari peran PT Dok Kodja Bahari dalam membangkitkan industri pertahanan, sekaligus menjadi peran pemerintah sesuai dengan apa yang telah dicanangkan oleh Presiden RI untuk memodernisasi alutsista TNI. Terlebih, produk yang dihasilkan akan menjadi bahan laporan Bapak Presiden kepada rakyat Indonesia pada 5 Oktober 2014 di Surabaya.

Karenanya, kata Wamenhan lebih lanjut, PT Dok Kodja Bahari masih ada 2 episode tantangan lagi yang harus dimenangkan oleh PT Dok Kodja Bahari yaitu, masalah kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian pembangunan kapal. Sedangkan ke depan, Wamenhan berharap PT Dok Kodja Bahari juga harus mampu berbicara tidak hanya pada skala nasional saja, tetapi juga pada tingkat regional. Dan untuk mewujudkan upaya tersebut, sedang dipikirkan wacana mengadakan joy sea trip bagi tamu-tamu dari negara luar pada event Indonesian Defence mendatang, sebagai bagian memperkenalkan kepada negara-negara luar tentang industri perkapalan khususnya yang berada di Jakarta, untuk menopang kebangkitan industri pertahanan. Mengingat, hal tersebut dapat menjadi cermin serta Indonesia dikenal dengan kebangkitan industri dan tidak mengenal krisis ekonomi global.

Sementara itu, Dirut PT Dok Kodja Bahari Riry Syeried Jetta dalam laporan kesiapan penyelesaian pembangunan kapal – kapal tersebut menyampaikan, bahwa kapal jenis BCM yang berukuran panjang 122,40 meter, lebar 16,50 meter, memiliki kecepatan maksimal 18 knots dan berkapasitas bahan minyak cair sebanyak 5500 m3 akan selesai pembangunannya dan diserahkan pada Bulan Desember 2013. Pola pembangunan kapal tersebut menggunakan Multiyard Single Construction Methode dengan sistem Integrated Hull Construction Outfitting & Painting, yakni dilaksanakan di tiga galangan di Jakarta yang dilakukan secara paralel serta pengerjaan konstruksi bangunan kapal sudah mencapai 550 ton dari total 1.770 ton. Sedangkan untuk kapal LST berukuran panjang 117 meter, lebar 16,40 meter dengan kecepatan maksimal 16 knots, diproyeksikan dapat mengangkut tank tidak hanya jenis BMP 3F tetapi juga untuk tank sekaliber Leopard.



Sumber : DMC

Sebagai negara pengimpor minyak, Indonesia butuh cadangan strategis minyak untuk mewujudkan ketahanan energi nasional. Tapi sayangnya hingga kini, RI belum memiliki cadangan strategis minyak bumi.

Indonesia Belum Miliki Cadangan Strategis Minyak
Indonesia Belum Miliki Cadangan Strategis Minyak


Berbeda halnya dengan Amerika Serikat (AS), dimana sangat menjaga cadangan minyak strategisnya. Negara adidaya ini memiliki cadangan minyak strategis hingga satu tahun. Begitu pula dengna Korea Selatan yang bisa menjaga cadangan minyak strategisnya hingga enam bulan. Sedangkan bagi Indonesia, sungguh sangat ironis, karena bila berperang, stok minyak negara ini, hanya cukup untuk satu hari saja.

Karena alasan inilah, pada revisi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, DPR RI berinisiatif memasukkan penyediaan cadangan strategis minyak bumi dalam draft UU itu.


Alasannya, karena penyediaan cadangan strategis minyak bumi itu sangat diperlukan guna mendukung penyediaan bahan bakar minyak dalam negeri. Dalam draft usulan itu disebutkan bahwa pemerintah, badan pengusahaan, dan badan usaha milik negara, bertanggung jawab atas ketersediaan dan memberi prioritas terhadap pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik.


Kilang Minyak Pertamina di CIlacap
Kilang Minyak Pertamina di CIlacap

Lalu pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), berperan untuk menyediakan cadangan strategis minyak bumi guna mendukung penyediaan BBM di dalam negeri. Akan tetapi, beberapa pihak menyatakan, diperlukan kajian teknis lanjut, khususnya terkait bagaimana merealisasikannya dan siapa yang bertanggung jawab terhadap pengelolaannya, serta bagaimana penganggarannya. 

Sumber : INTELIJEN

31 Juli 2012, Jakarta: PT. Lundin Industry Invest dalam halaman website resminya memperkenalkan produk terbarunya kapal patroli Trimaran 63m.

PT. Lundin merancang jenis kapal ini dalam tiga varian yaitu Offshore Patrol Vessels, Offshore Patrol and Search And Rescue Vessels, dan Fast Missile Patrol Vessel.



63m Fast Missile Catamaran
Varian Fast Missile dirancang berkarakteristik siluman, dipersenjatai meriam dan rudal, dilengkapi kapal cepat Rigid Hull inflatable boat (RHIB) 11m dan dapat membawa satu unit helikopter. Kapal hanya diawaki 23 personil dan 7 personil pasukan khusus.


63m Fast Missile Catamaran
63m Fast Missile Catamaran

Kemhan telah memesan 4 unit kapal jenis ini, diharapkan seluruh kapal selesai dibangun pada 2014. Satu unit trimaran dibanderol Rp 114 Milyar diambil dari APBN 2011.

TNI AL akan mempersenjatai kapal trimaran dengan rudal berjarak jelajah 120 kilo meter.





63m OPV Catamaran




63m SAR Catamaran




Sumber : http://beritahankam.blogspot.com/

Teknologi siluman, yang memungkinkan kapal perang tak terdeteksi radar musuh, menjadi salah satu keunggulan penting bagi sistem pertahanan di negara maju. Hanya saja, untuk menciptakan teknologi canggih seperti ini membutuhkan anggaran besar. Tak mengherankan jika teknologi semacam ini seperti menjadi monopoli negara maju.

Ilustrasi Teknologi Nano Sebagai Teknologi Sealth untuk Kapal Perang
Ilustrasi Teknologi Nano Sebagai Teknologi Sealth untuk Kapal Perang

 

Benarkah teknologi seperti itu tak bisa dimiliki oleh Indonesia? Jawaban atas pertanyaan inilah yang ingin dipecahkan oleh Mochammad Zainuri, dosen Fisika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, melalui risetnya sejak 2009 lalu. 

Menurut dia, teknologi siluman sebenarnya bisa dikembangkan dengan dua cara. Pertama, membuat kapal dengan struktur dan desain yang tidak bisa dilacak dengan radar. Artinya, saat terkena radar, bagian dari kapal tersebut akan memantulkannya ke arah lain sehingga membuatnya tak terdeteksi. "Untuk membuat kapal sendiri dengan desain dan struktur canggih, butuh biaya sangat besar. Ini tidak mungkin saya lakukan," kata dia saat ditemui Tempo di rumahnya di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu 29 Juli 2012. Ia menyadari anggaran untuk alat utama sistem persenjataan Indonesia sangat terbatas.


Kedua, mengembangkan teknologi "kapal siluman" dengan menyulap kapal-kapal bekas yang dilapisi material nano komposit sehingga bisa menyerap gelombang radar. Konsep inilah yang sedang ditelitinya sejak tiga tahun lalu hingga kini. Pria 48 tahun ini terus mengembangkan teknologi siluman dengan mengembangkan material nano komposit, pelapis yang mampu menyerap gelombang radar. 


Kapal Timaran Yang Sedang Dipesan TNI AL cocok untuk dijadikan kapal Siluman
Kapal Timaran Yang Sedang Dipesan TNI AL cocok untuk dijadikan kapal Siluman
 
Material untuk nano komposit itu diambil dari bahan-bahan alam pasir besi di Pantai Bambang Lumajang, Jawa Timur.  Pertimbangannya, pasir di wilayah ternyata mempunyai sifat veromagnetik (pasir besi). Untuk bisa menjadi bahan nano komposit, pasir besi ini terlebih dahulu dipisahkan, diekstraksi, dan direkayasa. Hasilnya lantas digabung dengan partikel listrik yang berbahan dasar PANi (ponianeline) dalam orde nano dan diikat sehingga bisa dilapiskan dalam bahan logam.

Kenapa dalam ukuran orde nano? Kata Zainuri, semakin kecil ukuran partikel maka akan memperluas permukaan spesifik, sehingga kemampuan menyerap radar semakin besar.

Setelah diuji coba, kata Zainuri, logam yang telah dilapisi dengan material ini tidak bisa dilacak radar jarak jauh microwafe dengan gelombang 8-12 GHz. Radar jarak jauh jenis ini biasanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan kapal. Hasilnya, gelombang radar yang dikirim oleh alat deteksi tidak bisa terpantul kembali alias terserap atau (terabsorsi) oleh material tersebut hingga 99 persen.

Zainuri menambahkan, prinsip kerja radar adalah mengirim gelombang ke kapal tersebut. Biasanya kapal selalu memantulkan kembali gelombang yang dikirim tersebut, sehingga membuat keberadaannya terbaca di alat pemantau radar. "Jika diberi pelapis logam ini, maka kapal-kapal perang kita tidak akan terdeteksi oleh gelombang radar meski sebelumnya adalah kapal-kapal bekas yang selalu bisa terdeteksi oleh gelombang radar," ujarnya.

Ia mengungkapkan, ketertarikannya untuk menggunakan pasir besi pesisir pantai Lumajang menjadi bahan dasar pelapis logam anti radar berawal dari karena keterlibatannya dalam survey yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Jawa Timur. Ia diminta untuk meneliti bahan-bahan alternatif yang terkandung pada pasir pantai tersebut.

Saat itu kata dia, banyak kontraktor perumahan yang langsung datang dan membeli pasir di wilayah setempat. Harga pasirnya juga lebih lebih mahal dari yang lain. "Saya diminta meneliti apa kelebihannya.Dan setelah saya teliti ternyata pasir setempat mempunyai sifat veromagnetik (pasir yang mengandung besi)," kata pria kelahiran Surabaya, 30 Januari 1964 ini.

Usai melakukan survey itulah muncul ide untuk berkontribusi terhadap ketahanan alutsista Indonesia. Ide semacam ini juga terpicu oleh tantangan Profesor Sirait, promotor Strata III-nya di Universitas Indonesia. "Lue bisa apa untuk bantu pertahanan keamanan Indonesia ?" kata Zainuri, menirukan ucapan promotornya. Zainuri adalah lulusan Strata 3 Metalurgi dan Material Universitas Indonesia tahun 2008. Strata 2-nya juga dari kampus yang sama. Sedangkan Strata 1-nya dari ITS.

Setelah itu, ia terus berfikir untuk meneliti sesuatu dan memanfaatkan ilmunya. "Awalnya ingin melakukan riset menciptakan peluru ramah lingkungan sehingga selongsongnya tidak terbuang sia-sia. Namun akhirnya menawarkan untuk mengembangkan teknologi anti radar," ujar dia. Dengan bantuan dana dari Departemen Riset dan Teknologi, ia kemudian mengembangkan riset teknologi siluman ini. 



Sumber : Tempo

Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat menyatakan kekuatan dirgantara menjadi tulang punggung pembangunan nasional, karena sekarang ini terjadi pergeseran karakter ancaman yakni perang modern yang mengandalkan teknologi.

Ilustrasi Kekuatan Dirgantara Indonesia
Ilustrasi Kekuatan Dirgantara Indonesia

"AU sangat berperan dalam perang modern karena perang modern bentuknya mengandalkan teknologi tinggi. Karenanya TNI AU membuat perencanaan pengadaan alutsista sesuai MEF yakni dengan mengisinya dengan pesawat-pesawat terbaik dan radar yang berkualitas canggih," demikian dikatakan KSAU pada upacara peringatan HUT ke-65 Hari Bakti TNI AU di Yogyakarta, Minggu (29/7).

    Disampaikan KSAU bahwa pembangunan kekuatan udara didukung teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) canggih harus tetap menjadi prioritas tanpa menabrak kebijakan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF).

    Lebih lanjut, katanya, kekuatan dirgantara sebagai bagian pertahanan negara banyak memengaruhi aspek kepentingan nasional di kancah global. Itu artinya, menurut KSAU, pengelolaan kedirgantaraan nasional harus dilakukan dengan baik sebagai bagian dari komponen kekuatan nasional di bidang pertahanan militer.

    "Kekuatan dirgantara kita harus dapat membantu upaya komponen kekuatan negara lainnya seperti diplomasi, ekonomi, dan informasi untuk menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dalam membela kepentingan nasional di kancah global antar negara," ujar KSAU.

    Dia menyebut, untuk pesawat tempur sekarang ini teknologi tercanggih ada pada pesawat F-22 Raptors milik Amerika Serikat. Pesawat ini memiliki kemampuan untuk tidak terlacak radar (stealth). Pesawat dengan kemampuan yang tak jauh beda adalah F-35 yang digunakan beberapa negara sekutu Amerika Serikat.

    "Kita belum ke sana, tapi untuk pesawat antiradar ini kita sekarang sedang membuatnya bekerja sama dengan Korea Selatan, yaitu KFX/IFX. Itu pesawat generasi 4,5," beber Imam.

    Terkait realisasi program MEF tersebut, pada 28 Agustus mendatang akan tiba di tanah air empat unit pesawat tempur ringan Super Tucano. Empat unit lainnya akan menyusul dalam kurun tiga bulan setelahnya. Pesawat ini akan berhome base di Sakdron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, menggantikan pesawat OV-10F/Bronco.

    Namun, Imam tak mengesampingkam membangun sebuah angkatan udara yang kuat, diperlukan SDM yang handal. "Juga didukung sumber dana atau anggaran yang tidak sedikit dan pengetahuan akan teknologi tinggi dan modernisasi," sebutnya.

    Saat ini, aspek personel dan anggaran serta kebutuhan akan penguasaan teknologi tinggi masih menjadi tatangan tersendiri dalam membangun kekuatan kedirgantaraan, khususnya TNI Angkatan Udara. Tantangan tersebut, kata KSAU, harus dapat dijawab oleh jajaran TNI AU ke depan.

    Lebih lanjut dia menuturkan, TNI AU berharap pa-da realisasi kebijakan MEF melalui rencana strategis lima tahunan. "MEF merupakan jawaban tepat dalam memenuhi kebutuhan modernisasi TNI AU. Melalui pelaksanaannya kita berharap TNI AU yang modernisasi setahap demi setahap mampu kita wujudkan," terang Imam. (Feber S) 



SUmber : SuaraKarya

Indonesia telah bekerjasama dengan Republik Rakyat China (RRC) dalam bidang militer. Kerjasama ini nanti bisa berlanjut hingga membangun peralatan perang seperti rudal.

Hal itu diakui oleh Wakil Ketua Komisi I TB Hasanuddin. Kerjasama tersebut kini sudah berjalan. "Secara diplomasi Indonesia Menhan Indonesia dengan Menhan China sudah sepakat untuk latihan-latihan dan meningkatkan kerjasama militer," kata politisi PDI Perjuangan ini.  


Indonesia - China Pastikan Produksi Rudal Bersama
Indonesia - China Pastikan Produksi Rudal Bersama
 
Ia menjelaskan kerjasama tersebut sudah berlangsung sejak beberapa pekan lalu. Hanya saja, untuk latihan perang bersama belum dilakukan. Akan tetapi, keinginan untuk latihan perang bersama memang ada. "Beberapa minggu lala misalnya diadakan latihan teknis, menembak bersama, menggunakan senjata bersama. Taktis dulu baru latihan perang," terang purnawirawan TNI ini.


Kerjasama ini juga diakuinya dalam bentuk persenjataan rudal. Modelnya, kapal perang dibuat oleh Indonesia. Sementara, peralatan perangnya yaitu rudal masih dibuat di RRC.

Namun, lanjutnya, keinginan ke depannya adalah rudal juga akan dibuat di Indonesia. Dan itu kerjasama militer yang diharapkan. "Dalam kerjasama non teknis, dalam pembangunan program-program pembangunan produksi alutista. Setiap pembelian senjatan diadakan transfer of teknologi (ToT), seperti membeli rudal. Ke depan akan dilanjutkan pembuatan di Indonesia," jelasnya.

Untuk sumber dana, di awal ini masih menggunakan dana alokasi alutsista yang sudah dianggarkan. Indonesia masih membeli peralatan dari China. Namun, diupayakan untuk diproduksi bersama dan dijual atas nama Indonesia dan China. "Ini merupakan bagian kebutuhan aliutista TNI, sehingga hasilnya dibeli oleh TNI. Bisa jadi pada suatu saat dijual bersama-sama," ucapnya. 



SUmber :  Waspada

Singapura meski telah memiliki 6 kapal selam modern, terus memperkuat armada bawah laut mereka dengan memesan 4 kapal selam Scorpene class SSKs dari DCNS Perancis. Menurut kawat rahasia yang disadur oleh Quentin Michaud dalam http://www.infosdefense.com proses pengadaan kapal selam Singapura itu sedang dibahas oleh Departemen Pertahanan Perancis, untuk mengatur penjualannya.

Kapal Selam Scorpene
Kapal Selam Scorpene yang dipesan Singapura

Penjualan 4 kapal selam Scorpene Perancis ini juga mencakup transfer teknologi dan transfer manufaktur. Namun semua ini akan berjalan lancar jika disetujui oleh Komisi ekspor peralatan perang Perancis (CIEEMG), karena pembelian kapal selam ini meliputi peralatan sensitif, antara lain deteksi sonar jarak jauh.

Posisi Perancis cukup terdesak karena mereka juga sedang bersaing dengan produsen kapal selam Jerman yang juga dilirik oleh Singapura. Perancis tergiur dengan uang yang siap dikucurkan Singapura sebesar 2 miliar USD.

Peluang Singapura untuk mendapatkan kapal selam scorpene plus transfer teknologinya cukup besar, karena hubungan militer kedua negara cukup erat.

6 frigat siluman Formidable class Singapura yang didatangkan tahun 2007-2009 juga produksi Perancis, turunan La Fayette class frigate.




Armada Kapal Selam Singapura
Awalnya Singapura membeli 4 kapal selam Challenger class eks Swedia tahun 1968 yang diretrofit tahun 1995.

Kapal Selam Challenger class eks Swedia diyakini dibeli oleh Singapura untuk melatih kemampuan Angkatan Laut mereka sebelum memutuskan untuk membeli kapal selam yang lebih modern.
Kapal Selam Challenger Class, Singapura


Betul saja, pada tahun 2005 dan 2007, Singapura kembali membeli dua kapal selam Archer Class eks Swedia HMS Hälsingland dan HMS Västergötland tahun 1986 dan 1987. Kedua kapal selam itu diretrofit oleh galangan kapal Kockums Swedia tahun 2009 dan 2010, yang merupakan anak perusahaan Galangan Kapal Howaldtswerke-Deutsche Werft, Kiel Jerman. Kedua Kapal selam Archer Class tersebut aktif di jajaran Angkatan laut Singapura, pada tahun 2011 lalu.

Dan kini memasuki tahun 2012, Singapura terus melangkah maju dengan mendatangkan 4 kapal selam modern Scorpene buatan Perancis.

Dengan demikian sebentar lagi Singapura akan memiliki 10 kapal selam yang siap tempur dan menggentarkan, untuk menjaga wilayah laut mereka yang berukuran mini.

Scorpene Malaysia
Malaysia juga memiliki dua kapal selam Scorpene yang dipesan ke Perancis pada 5 Juni 2002 seharga 1 Miliar Poundsterling. Scorpene dikerjakan oleh Galapangan Kapal Perancis DCNS bersama rekannya Galangan Kapal Navantia Spanyol. Kapal selam itu dilengkapi dengan torpedo Blackshark dan Exocet SM-39. Sebelum menerima kapal selam itu, 150 prajurit Angkatan Laut Malaysia dilatih mengenal dan mengoperasikan kapal selam Agosta Class, yang telah dipensiunkan dari Angkatan Laut Perancis.
Kapal Selam Scorpene Malaysia
Kapal Selam Scorpene Malaysia


Scorpen pertama Malaysia, KD Tunku Abdul Rahman, diserahkan pada tahun 2009. Sementara Scorpene kedua KD Tunku Abdul Rahman mengalami masalah tidak bisa menyelam dan kerusakan coolant system, sehingga mengalami penundaan pengiriman. Namun hal itu hanya masalah waktu, dan Perancis berjanji menyelesaikannya.

Selain Singapura dan Malaysia, India juga memesan 6 kapal selam scorpene ke Perancis yang dibangun bertahap sejak tahun 2006.

Kapal selam Scorpene memiliki panjang 70 meter dan lebar 6 meter dengan berat 1800 ton. Scorpene mampu melaut selama 50 hari tanpa re-suply. Kapal selam ini mengusung 18 torpedo campuran Black Shark heavyweight torpedoes dan SM.39 Exocet anti-ship missiles.

Collin Class Australia
Adapun negara tetangga di selatan, yakni Australia memiliki 6 kapal selam Collin Class yang dibangun bertahap sejak tahun 1996. Kapal selam ini dibuat oleh Australian Submarine Corporation bekerjasama dengan Galangan kapal Kockums, Swedia- Jerman.

Kapal Selam Collin Class Australia
Kapal Selam Collin Class Australia

Kapal selam Collin Class mengusung 22 torpedo Mark 48 Mod 7 CBASS dan UGM-84C Sub-Harpoon anti-ship missiles. Ia berbobot 3300 ton dan memiliki panjang 77, 5 meter dengan lebar 8 meter serta mampu mengarungi laut selama 70 hari tanpa re-suply.

Sonarnya menggunakan: Thales Scylla bow and distributed sonar arrays, Thales SHORT-TAS towed sonar array dan Thales intercept array. Sementara radar dipercayakan kepada GEC-Marconi Type 1007 surface search radar. Adapun Combat ssystem mengusung Raytheon CCS Mk2 (AN/BYG-1). Perusahaan: Thales, Marconi dan Raytheon, sudah malang melintang di industri militer Blok Barat dan tidak perlu diragukan.

Chang Bogo Indonesia
Indonesia pun tidak ketinggalan memesan 3 kapal selam Chang bogo buatan Korea Selatan. Jika dibandingkan dengan Scorpene dan Collin, memang kapal selam Indonesia berukuran paling kecil, yakni panjang 56 meter dengan lebar 6 meter. Bobotnya pun jauh lebih ringan dibandingkan Collins dan Scorpene, yakni hanya 1200 ton. Kapal selam Chang bogo yang imut-imut ini mampu menyelam selama 50 hari tanpa re-suply dan mengusung SUT torpedoes dan UGM-84 Harpoon. Pengguna dari Kapal selam ini hanya Korea Selatan dan satu lagi calon pembelinya adalah Indonesia.
Kapal Selam Chang Bogo
Kapal Selam Chang Bogo


Kapal selam Chang Bogo dijiplak oleh Korea Selatan dari kapal selam Jerman, Type 209/1200. Kapal Selam ini didisain Jerman pada tahun 1960 dan mulai diproduksi tahun 1970-an.

Selain tiga kapal selam yang sedang dipesan, Indonesia juga memiliki 2 kapal selam lawas Type 209/1200 Jerman yakni KRI Cakra dan KRI Nanggala. Kedua kapal itu diretrofit Korea Selatan pada tahun 2004 dan 2006 dan selesai tahun 2009 -2012.

Indonesia membeli tiga kapal selam Chang Bogo Korea Selatan, karena dijanjikan akan mendapatkan ToT, meski harus membayar 300 juta USD. Indonesia semakin tertarik dengan Chang Bogo, setelah Korea Selatan berjanji akan mentransfer teknologi Chang Bogo berbobot 1400 ton. Kapal yang akan jadi tahun 2018 ini sedikit lebih besar dibandingkan KRI Cakra dan Nanggala.

Chang Bogo Korea Selatan
Chang Bogo Korea Selatan

Jika kita melakukan komparasi dengan kapal selam Singapura, Malaysia dan Australia, kapal selam indonesia berukuran paling mini. Ibaratnya anjing kampung yang dikepung Herder.

Tidak terbayangkan, apa perasaan para awak kapal selam itu saat mengarungi lautan dan berhadapan dengan kapal selam Sorpene dan Collin. Mungkin yang terbaik adalah kombinasi antara 2 kapal selam Type 209/1200 ton (Cakra dan Nanggala), 3 kapal selam Chang Bogo (Type 209/1400 ton) dan 2 kapal selam Kilo Rusia (2800 ton).

Presiden SBY melihat model Kilo Class
Presiden SBY melihat model Kilo Class

Formasi campuran kapal selam tua dan modern juga diberlakukan oleh Singapura yakni: 4 Scorpene (sedang dipesan), 4 Challenger class (1968) dan 2 Archer Class (1987).

Mungkin ada baiknya kita melihat bagaimana Vietnam membangun militer mereka yang nota bene kemampuan ekonominya di bawah Indonesia. Pada tahun 2010, Vietnam memesan 6 kapal selam ke Rusia. Vietnam sadar, di bawah laut mereka harus berhadapan dengan kapal Selam Kilo China dan India, sehingga harus memiliki kemampuan kapal selam, minimal yang seimbang.

Improved Kilo (Kilo-636 KMV) Vietnam
Improved Kilo (Kilo-636 KMV) Vietnam


Indonesia sebenarnya masih memiliki sisa kredit ekspor 700 juta USD dari Rusia, akibat pembatalan pembelian 2 kapal selam kilo Rusia. Indonesia hendak memanfaatkan sisa kredit itu untuk pembelian 6 jet Sukhoi SU 30, namun ditolak Rusia. Menurut Rusia sisa kredit eksport 700 juta USD untuk pembelian 2 kapal selam kilo, bukan pesawat tempur.

Sumber : JKG

Sebanyak 169 personel Kopassus termasuk 4 personel dari Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja (RCAF) berhasil lolos dalam pendidikan Kursus Komando Angkatan 92 di Pantai Permisan, Cilacap, Jawa Tengah, pada Minggu (29/7/2012). Upacara penutupan dilakukan langsung oleh Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Mayjen TNI Agus Sutomo.

Para prajurit Komando Pasukan Khusus Kopassus
Para prajurit Komando Pasukan Khusus yang lulus meluapkan kegembiraannya pada penutupan Pendidikan Kursus Komando angkatan 92 Gelombang -1 TA 2012 di pantai Permisan Cilacap,jawa Tengah, Minggu (29/7). Pada Pendidikan angkatan 92 ini telah berhasil meluluskan 169 personel termasuk 4 personel dari Angkatan Bersenjata Kerajaan kamboja (RCAF) Berhasil sebagai peserta pendidikan yang dinyatakan terbaik antara lain Perwira terbaik letnan dua Inf Denny Sopyan, Bintara terbaik Serda bambang SB, Tamtama terbaik Prada Anas Rifai. (FOTO ANTARA/ho)

Dalam amanatnya, Agus mengatakan, tidak semua prajurit didik berhasil menjadi Prajurit Komando. Oleh karena itu, setiap prajurit harus bisa bersyukur dan melihat tantangan ke depan.

"Prajurit Komando yang telah dilatih secara khusus maka para prajurit harus mampu menjawab tantangan tugas, seiring dengan bertambahnya tanggung jawab menghadapi kompleksitas dalam tantangan tugas," kata Agus, Minggu (29/7/2012), seperti yang tertulis dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.


Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Mayjen TNI Agus Sutomo
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Mayjen TNI Agus Sutomo (kiri) memakaikan baret merah pada seorang prajurit Komando pada acara penutupan Pendidikan Kursus Komando angkatan 92 Gelombang -1 TA 2012 di pantai Permisan Cilacap,jawa Tengah, Minggu (29/7). Pada Pendidikan angkatan 92 ini telah berhasil meluluskan 169 personel termasuk 4 personel dari Angkatan Bersenjata Kerajaan kamboja (RCAF) Berhasil sebagai peserta pendidikan yang dinyatakan terbaik antara lain Perwira terbaik letnan dua Inf Denny Sopyan, Bintara terbaik Serda bambang SB, Tamtama terbaik Prada Anas Rifai. (FOTO ANTARA/ho)

Ia berharap agar seluruh prajurit Kopassus di mana pun berada dan bertugas selalu berupaya untuk memberi arti dan peduli terhadap lingkungannya serta memberi solusi terhadap berbagai permasalahan.

Selain itu, prajurit Kopassus harus selalu berlatih dan berlatih untuk mencapai berprestasi demi keharuman korps baret merah.

Adapun, penutupan pendidikan ini ditandai dengan Serangan Regu Komando (Seruko) yang dilaksanakan pada waktu fajar di Pantai Permisan yang merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari keseluruhan tahapan Pendidikan Kursus Komando. Pendidikan yang telah berlangsung selama tujuh bulan tersebut terbagi menjadi tiga tahap yakni tahap basis, tahap gunung hutan, tahap rawa laut.

Seorang anggota Pasukan Khusus memeragakan keahliannya menangani Kalajengking
Seorang anggota Pasukan Khusus memeragakan keahliannya menangani Kalajengking pada acara penutupan Pendidikan Kursus Komando angkatan 92 Gelombang -1 TA 2012 di pantai Permisan Cilacap,jawa Tengah, Minggu (29/7). Pada Pendidikan angkatan 92 ini telah berhasil meluluskan 169 personel termasuk 4 personel dari Angkatan Bersenjata Kerajaan kamboja (RCAF) Berhasil sebagai peserta pendidikan yang dinyatakan terbaik antara lain Perwira terbaik letnan dua Inf Denny Sopyan, Bintara terbaik Serda bambang SB, Tamtama terbaik Prada Anas Rifai. (FOTO ANTARA/ho)

Pendidikan Kursus Komando Angkatan 92 ini telah berhasil meluluskan 169 personel termasuk 4 personel dari Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja (RCAF). Keluar sebagai peserta didik terbaik antara lain Perwira terbaik Letda Inf Denny Sopyan, Bintara terbaik Serda Bambang SB, dan Tamtama terbaik Prada Anas Rifai. Upacara penutupan juga dihadiri oleh Athan Kamboja, para pejabat teras Kopassus dan pejabat Muspida serta orangtua siswa. 


Sumber  : Kompas
Images : Antara

KRI Yos Sudarso-353 Kapal Markas Guskamlatim meninggalkan Kota Biak menuju Pulau Mapia untuk mendukung kegiatan Tim Inspektorat Jenderal (Itjen) TNI dalam rangka kegiatan pengawasan dan pemeriksaan (Wasrik) terhadap pengamanan terbatas dan pulau-pulau terluar di wilayah Papua dan perbatasan laut Republik Indonesia di Pulau Fanildo, Pulau Brass Kabupaten Supiori dan Pulau Fani Kabupaten Raja Ampat.

KRI Yos Sudarso 353 Melaksanakan Patroli Pulau Terluar
KRI Yos Sudarso 353 Melaksanakan Patroli Pulau Terluar
 
KRI Yos Sudarso-353 yang dikomandani Letkol Laut (P) A Wibisono tersebut merupakan Kapal Markas Guskamlatim yang pada saat pelayaran tersebut On Board Komandan Guskamlatim Laksamana Pertama TNI Siwi Sukma Adji dan Asintel Guskamlatim Kolonel Laut (E) Yunus Anis serta Tim Wasrik Itjen TNI. Pada saat pelepasan kapal/ merplug di dermaga Umum Biak Nufor, dihadiri Panglima Kosek Hanudnas IV Biak, Komandan Korem 173/PVB Biak serta para pejabat militer yang berada di Biak Numfor.



Selain mendukung Tim Wasrik Itjen TNI ke Pulau Mapia, KRI Yos Sudarso-353 juga membawa dukungan logistik yang akan diserahkan kepada prajurit yang sedang melaksanakan tugas pengamanan di pulau tersebut. Pulau-pulau terluar biasanya adalah daerah terpencil, miskin bahkan tidak berpenduduk. Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangatlah strategis, karena berdasarkan pulau inilah batas negara ditentukan.


Pulau Mapia merupakan kepulauan yang langsung berbatasan dengan Republik Palau di Samudera Pasifik. Jarak Pulau Mapia sekitar 240 km dari ibu kota Kabupaten Supiori, tepatnya di utara Papua. Pada masa pemerintahan Belanda termasuk dalam wilayah Residensi Ternate dan sekitarnya.


Nama Mapia sendiri diyakini berasal dari bahasa Sangir, berarti baik. Pulau ini merupakan sebuah pulau karang yang berbentuk cincin dan hanya mungkin didarati pada saat air laut pasang. Gugusan kepulauan terdiri dari lima pulau, yaitu Pulau Pegun atau Mapia (332 ha) yang terluas, Pulau Bras atau Beras (309 ha),Pulau Fanildo (50 ha), Pulau Bras Kecil (6 ha) dan Fanildo Kecil (4 ha). Lingkaran pulau pulau ini ditengahnya membentuk laguna seluas 3.000 m2.


Sumber:
Guskamlatim

Bertempat di fasilitas produksi Embraer di Gaveao Peixoto Sao Paulo Brazil, baru-baru ini telah dilaksanakan pemeriksaan pesawat Super Tucano TNI-AU nomor seri produksi 179 dan 180 oleh tim dari Kementerian Pertahanan RI/TNI-AU.

Super Tucano Take Off
Super Tucano Take Off

Tim pemeriksa yang dipimpin oleh Letkol Lek Alit Erbawa dengan anggota Letkol Tek Sianturi, Mayor Pnb James Yanes Singal dan Mayor Tek Yani Prasetyo melakukan pemeriksaan pesawat meliputi dokumen, pencocokan komponen pesawat, interior pesawat, pengecatan dan uji terbang.

Adapun uji terbang dilaksanakan baru-baru ini oleh test pilot Embraer, William, yang duduk di kursi depan disertai oleh Komandan Skadron Udara 21, Mayor Pnb James Yanes Singal yang duduk di kursi belakang.


Penerbang memeriksa pesawat sebelum terbang
Penerbang memeriksa pesawat sebelum terbang

Dalam uji terbang yang setiap sortinya memakan waktu sekitar dua jam, test pilot Embraer melakukan pemeriksaan terhadap berbagai sistem pesawat yang diamati oleh Mayor Pnb James.

Pemeriksaan di darat dimulai dari melihat kondisi fisik pesawat, pemeriksaan instrumen pesawat sebelum dan sesudah mesin dinyalakan dan pemeriksaan kendali pesawat selama taxy. Dalam uji terbang yang dilaksanakan hingga ketinggian 25.000 kaki, diperiksa beberapa sistem pesawat meliputi sistem bahan bakar, tekanan udara, auto pilot, mesin, navigasi, komunikasi, penembakan (simulasi) dan landing gear.

Selain itu diperiksa pula handling pesawat selama dilakukan berbagai maneuver.

Setelah bekerja selama tiga hari, tim pemeriksa menyatakan bahwa pesawat nomor seri produksi 179 dan 180 dalam kondisi baik. Dengan demikian, saat ini empat pesawat Super Tucano TNI-AU telah siap untuk diterbangkan ke Indonesia yang direncanakan akan dilakukan pada pertengahan bulan Agustus.

Super Tucano TT-3101, 3102, 3103 dan 3104 dengan cocor merah desain dari Almarhum Marsda TNI (Purn) F. Djoko Poerwoko akan segera memperkuat Skadron Udara 21 pada akhir bulan Agustus 2012.

Sumber : TNI AU

Tim Visit Boarding Search and Seizure (VBSS) Koarmatim siap mengamankan wilayah perbatasan laut, saat gelar latihan disekitar Dermaga Koarmatim, Ujung Surabaya, Jum’at (27/07). Sebanyak empat tim pasukan VBSS bersenjata dilengkapi dengan sarana kendaraan air cepat Rigid Hull Inflatable Boat (RHIB) dikerahkan dalam Latihan Pratugas Satuan Tugas (Satgas) Operasi Perbatasan Laut Tahun 2012.

Tim Visit Boarding Search and Seizure (VBSS) Koarmatim
Tim Visit Boarding Search and Seizure (VBSS) Koarmatim
 
Tim VBSS tersebut dibekali dan diuji kemampuannya dalam menangaai berbagai permasalahan tindak pelanggaran di wilayah perbatasan laut seperti pembajakan, perompakan, penyelundupan manusia (ilegal entri), ilegal logging, ilegal fishing, pelanggaran batas wilayah maritim dan aksi terorisme di laut. Masing-masing tim beranggotakan 6 personel dan seorang perwira yang menjabat sebagai Komandan Tim.

Untuk mengasah kemampuan naluri tempur agar tetap terjaga dan meningkat, personel yang terlibat dalam VBSS ini melaksanakan latihan pemeriksaan kapal (bording) dengan didampingi pelatih dari Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim. Empat tim boarding yang disiapkan oleh Koarmatim terdiri dari satu tim VBSS KRI Untung Suropati-372, KRI Abdul Halim Perdana Kusuma-355, KRI Frans Kaisiepo-368 dan KRI Arun-903.

Pasukan penjaga perbatasan laut ini juga dibekali dengan pengetahuan tentang hukum laut internasional, hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam menjalankan tugasnya. Selain itu pelatih juga menerapkan prosedur operasional yang sangat ketat dalam menangani berbagai masalah atau gangguan yang menimpa prajurit seperti prosedur keselamatan diri (safety), pengaman personel dan material serta prosedur penanganan terhadap tawanan maupun musuh.




Latihan Pratugas Satgas Pengamanan Laut tahun 2012 ini, dilaksanakan untuk menyikapi masalah yurisdiksi wilayah maritim yang masih sangat problematik, sebagai akibat dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penentuan batas wilayah maritim. Masalah tersebut akhirnya menjadi salah satu potensi konflik karena adanya perbedaan persepsi dasar hukum yang digunakan sebagai dasar penentuan titik – titik batas wilayah negara.



TNI AL sebagai komponen utama pertahanan negara di laut merupakan penindak dan pencegah awal terhadap segala bentuk ancaman lewat laut terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah perairan yurisdiksi nasional. Kesiapsiagaan satuan-satuan operasional TNI AL merupakan suatu tuntutan dan kewajiban dalam menjawab berbagai permasalahan yang timbul di bidang maritim, baik yang bersifat ancaman militer negara lain maupun terhadap ganggunan penegakan hukum di laut yurisdiksi nasional. (Dispenarmatim).

Sumber : Kormatim

Sebanyak 15 unit Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard 2A6 direncanakan akan segera tiba di Indonesia pada Oktober mendatang. "Jadi saat HUT TNI sudah dapat diperlihatkan,"kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Hartind Asrin, di Jakarta, Jumat (27/7).

 
Menurutnya, pengiriman Leopard akan dilakukan secara bertahap hingga 100 unit seperti yang direncanakan pada 2014 mendatang. 15 tank yang akan di tahap pertama rencananya akan ditempatkan di wilayah Jawa.

Namun Hartind mengatakan, tak terutup kemungkinan tank yang datang kemudian akan dikirim ke daerah-daerah perbatasan. "Kami sedang mempersiapkan kapal untuk mengangkutnya jika memang akan ditempatkan di sana,"ujarnya.
(Sumber : Jurnas )



Pembelian 100 Tank Leopard Mulus

Kekhawatiran DPR akan terganggunya pembelian 100 unit tank Leopard akibat penolakan sebagian anggota parlemen Jerman, ternyata tak terbukti. Kepala Pusat Komunikasi Publik menyatakan bahwa proses pembelian tank berbobot 60 ton itu berjalan mulus dan sudah tuntas. "Oktober ini, pada saat HUT TNI, anda sudah akan melihat 15 unit Leopard," kata Hartind di Jakarta, Jumat (27/7).

Hartind menyatakan, kedatangan Leopard akan terus mengalir dengan total 100 buah hingga 2014 mendatang. Dia juga menjelaskan bahwa penolakan sebagian anggota parlemen, terutama dari partai oposisi, tak menggangu proses pembelian tank tersebut. "(Penolakan) itu memang ada, namun terjadi dalam diskusi kecil. Tak membuat pembelian tank menjadi batal," jelasnya.

Sebanyak 15 tank yang akan di tahap pertama rencananya akan ditempatkan di wilayah Jawa. Namun, tak menutup kemungkinan tank yang datang kemudian akan dikirim ke daerah-daerah perbatasan. "Kita sedang mempersiapkan kapal untuk mengangkutnya jika memang akan ditempatkan di sana," ujar mantan atase pertahanan Indonesia di Malaysia ini.



Sumber : Suarakarya

Pemerintah Indonesia mengirim pasukan elit tambahan untuk menjaga wilayah di perbatasan negara tetangga. Tiga Batalyon Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad) dan Marinir telah dikirim ke wilayah perbatasan sejak pertengahan tahun ini.

Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD)
Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD)
 
Hal itu dungkapkan, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Hartind Asrin saat ditemui di Gedung Kemenhan, Jakarta, Kamis, 26 Juli 2012.

"Kami sudah mengubah strategi di perbatasan. Sekarang kita kirim pasukan pemukul (Kostrad dan Marinir) sejak pertengahan tahun ini. Pasukan elit kita masuk ke sana," kata Hartind.

Ditambahkan Hartind, wilayah perbatasan antar negara tetangga, selama ini memang kerap menjadi wilayah yang rawan konflik. Untuk itulah, maka terjadi penambahan pengiriman pasukan elit ke daerah tersebut.

Kostrad diperuntukkan untuk menjaga wilayah perbatasan darat, sedangkan Marinir berjaga wilayah perbatasan laut. "Mereka itu kan memang dilatih untuk perang, makanya kita taruh di perbatasan," ucapnya.

Di samping menjelaskan soal penambahan pasukan elit, Hartind juga mengungkapkan, kekuatan militer Indonesia melalui keberadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutista) berada dalam 20 besar dunia. "Kalau kekuatan angkatan bersenjata dalam totalitasnya kita itu ada di peringkat 18 dunia," ujarnya.

Meski begitu, Indonesia mengalami penurunan peringkat yang sebelumnya berada di peringkat 16 dunia. "Turun karena ada Alutsista yang tidak efektif. Tapi untuk kawasan Asia Tenggara masih terkuat, nomor satu," ujar dia.



Sumber : Viva News

MARI themes

Diberdayakan oleh Blogger.