Bandara TNI AD Gatot Subroto dan Jembatan Kota Baru di wilayah Martapura yang menghubungkan Propinsi Lampung dan Sumatera Selatan dikuasai oleh kekuatan Insurjensi berkekuatan satu Kompi. Panglima Komando Tugas Gabungan (Pangkogasgab) memerintahkan Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 501/Kostrad Letnan Kolonel Inf Bambang Sujarwo untuk merebut kembali wilayah yang telah dikuasai musuh.

Penerjunan Pasukan Linud 502 Kostrad
Penerjunan Pasukan Linud 502 Kostrad Saat Pajar Menyingsing

Danyonif Linud 501/Kostrad segera menyiapkan pasukan dan melaporkan kesiapan tersebut kepada Pangkogasgab. Kronologis tersebut diasumsikan sebagai peristiwa nyata yang dituangkan pada Latihan Antar Kecabangan TNI AD tahun 2012, yang dilaksanakan sejak tanggal 24 Agustus sampai dengan tanggal 7 September 2012.  



Langkah Lebih lanjut dalam skenario tersebut adalah  memberikan informasi akurat  tentang daerah yang dikuasai musuh dengan cara menyusupkan operasi Kelompok Depan Operasi Linud (KDOL) yang telah diterjunkan 2 hari yg lalu (27/8) untuk menentukan  panel buka dan panel tutup, kedudukan Tim Pengendali Tempur, kedudukan Tim Keamanan, dan kedudukan Tim Sandha dan Satgas Intel.

Setelah semua data berhasil dihimpun dan  dinyatakan siap oleh tim KDOL, akhirnya diputuskan pada tanggal 29 Agustus 2012 tepat pada jam 06.00 Pasukan Linud (Lintas Udara) tempur diterjunkan di daerah yang telah dipersiapkan. Setelah pasukan mendarat secara taktis bergerak menuju sasaran dengan dipandu oleh tim KDOL yang telah paham dengan situasi medan. Setibanya di sasaran pasukan Linud 501/Kostrad sebanyak 2 Kompi, yakni Kompi-A dan Kompi-B menyergap kekuatan insurjensi yang menguasai Bandara Gatot Subroto dan berhasil melumpuhkannya. Sedangkan Kompi-C berhasil menghancurkan satu peleton musuh yang menguasai Jembatan Sungai Komering, Kota Baru. Sekitar pukul 13.30 wib kedua obyek yang dikuasai musuh tersebut berhasil dikuasai kembali dan pasukan insurjensi berhasil dilumpuhkan. (Dispenad)



Sumber : TNI-AD

Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro, mengunjungi pabrik parasut yang dibuat oleh PT Langit Biru Parasut di Katapang, Kabupaten Bandung, Kamis (30/8/12).

Menhan Purnomo Yusgiantoro, mengunjungi pabrik parasut PT Langit Biru Parasut di Katapang, Kabupaten Bandung
Menhan Purnomo Yusgiantoro, mengunjungi pabrik parasut PT Langit Biru Parasut di Katapang, Kabupaten Bandung
 
Menurut dia, di Indonesia hanya ada dua pabrik yang khusus memproduksi parasut. Pertama di Katapang Kabupaten Bandung dan satu lagi di Tulungagung, Jawa Timur. Dari kualitas dan kapasitas kekuatan produksinya, Menhan merasa optimistis.

"Indonesia bisa menjadi salah satu produsen alat-alat militer. Apalagi kebutuhan parasut untuk militer dalam negeri bisa dipenuhi oleh kedua produsen tersebut," ujarnya.


"Kami berniat mempromosikan peralatan militer yang diproduksi di Indonesia. Seperti parasut ini, paling tidak bisa dipromosikan kepada negara-negara di Asia," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, yang datang bersama rombongan Komite Kebijakan Industri Pertahan (KKIP) usai menghadiri hari kebangkitan teknologi di Gedung Merdeka Bandung pada Kamis (30/8) pagi.

Dalam kunjungan tersebut, Menhan sangat tertarik melihat para karyawan yang rata-rata tenaga ahli dibidangnya itu bekerja di pabrik parasut tersebut.

Terlebih, di pabrik tersebut, kini tengah mengembangkan parasut tanpa awak yang hanya dikendalikan menggunakan GPS. Parasut tanpa awak ini, diperuntukan sebagai alat angkut amunisi, cadangan makanan. Parasut tanpa awak ini memikiki kapasitas angkut hingga 250 kilogram.

"Dalam kebangkitan teknologi Nasional ini, saya berharap dan memiliki keyakinan, bahwa industri pertahanan Indonesia juga bisa lebih maju dan berkembang. Sehingga, selain bisa di ekspor juga dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap produk alat pertahanan dari luar negeri,"katanya.



Sumber : PR

Kementerian Pertahanan (Kemhan) diminta memprioritaskan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk wilayah laut dan udara mengingat sangat luasnya cakupan keduanya. Indonesia adalah negara maritim dan memiliki luas kekuasaan udara yang besar. Selayaknya pertahanan di dua wilayah itu diperkuat.

Kapal Perang TNI AL (Antara.com)

"Pada 2013, Kemhan harus merencanakan sungguh-sungguh anggaran untuk alutsista. Itu diperlukan agar dana yang besar tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya guna meningkatkan pertahanan Indonesia," kata Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, kepada Koran Jakarta, Selasa (28/8).

Pernyataan itu menanggapi kenaikan anggaran pertahanan pada 2013 menjadi 77 triliun rupiah atau naik sekitar 5 triliun rupiah dibandingkan tahun lalu. Pernyataan itu kembali dipertegas karena Imparsial melihat, pada 2012, Kemhan justru memprioritaskan pengadaan alutsista untuk kekuatan darat.


Salah satu pengadaan alutsista yang menonjol pada 2012 ini adalah pengadaan 100 unit main battle tank Leopard dari Jerman. Dari segi alokasi anggaran saja, lanjut dia, TNI AD mendapatkan jatah anggaran hingga 30 triliun rupiah pada 2012. Bandingkan dengan TNI AL yang hanya 9 triliun rupiah dan TNI AU yang hanya 8 triliun rupiah.

Berdasarkan alokasi anggaran itu, Poengky melihat pemerintah masih mengandalkan kekuatan darat dibandingkan laut dan udara. Poengky juga berharap Kemhan meningkatkan keterampilan prajurit, terutama prajurit yang mengawaki alutsista laut dan udara. Apalagi semakin hari teknologi alutsista semakin canggih dan modern.

Menanggapi hal ini, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan bahwa kebijakan mengerem pertumbuhan prajurit tak akan berlaku untuk para prajurit ahli seperti pengawak. "Artinya, kalau ada 10 prajurit yang pensiun, kita harus merekrut 10 prajurit lain," kata Purnomo.

Tetap Seimbang
Menurut dia, penting diberlakukan manajemen sirkulasi yang baik agar jumlah kekuatan personel tetap seimbang. "Bukan berarti bahwa zero growth itu nol, dan tidak berarti persis sama dengan yang keluar. Kita menyadari ke depan butuh personel banyak karena akan ada tambahan banyak skuadron tempur dan skuadron angkut," jelas dia.

Purnomo bahkan menjanjikan akan mengadakan program pendek untuk para penerbang TNI. Di samping itu, lanjut dia, akan ada dua program lagi untuk menempatkan personel dalam jumlah yang pas di bagian tertentu. Kemhan juga akan membuat standar prajurit yang lebih baik. Sebagai contoh, ketika ada restrukturisasi Kodam dan terdapat sejumlah unit baru, tak harus ada penambahan personel.

Bisa saja dengan melakukan perpindahan personel. Sebelumnya, DPR banyak menyoroti keterampilan prajurit yang kurang seiring semakin masifnya pemerintah melakukan belanja alutsista. Anggota Komisi I DPR, Susaningtyas Kertopati, menyatakan alutsista secanggih apa pun, tanpa diimbangi dengan dukungan pengawak yang profesional, hanya akan menjadi onggokan barang yang tak bernilai.

Selain itu, tambah dia, Kem han harus disiplin dalam menggunakan dana, baik untuk kegiatan strategis maupun operasional. Untuk itu, Kemhan harus transparan dalam penggunaan dananya agar publik dapat ikut mengawasi. "Kemhan harus transparan mengalokasikan dana. Yang penting, belanja alat utama sistem senjata (alutsista) harus sebanding dengan dana operasional bagi pengembangan sumber daya manusia, khususnya pengawak dan prajurit," kata dia.

Disiplin terhadap rencana strategis, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang, itu penting. Sudah transparan atau belumnya penggunaan anggaran tak akan terlaksana dengan baik jika tak didukung DPR. Kesejahteraan prajurit harus menjadi bagian yang utama. "Alutsista memang penting, tapi alutsista modern dan canggih harus sejalan dengan meningkatnya kemampuan prajurit," kata dia. nsf/P-3



Sumber : Koran Jakarta

Indonesia memerlukan lebih dari 10 kapal selam untuk menjaga kedaulatan negara yang dua pertiganya adalah air. Dalam perhitungan Kementerian Pertahanan, Indonesia sebagai negara kepulauan memerlukan cukup banyak kapal selam. “Menurut perhitungan, kita itu negara kepulauan, dua pertiga negara kita itu air. Itu perlu dijaga oleh kapal selam yang jumlahnya cukup banyak, lebih dari 10 kapal selam,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai memimpin Sidang Ketujuh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (29/8).

Kapal Selam changbogo class
Kapal Selam Changbogo Class Korea yang akan Menjadi Arselan Kapal Selam TNI AL

Menurut Menhan, dalam waktu dekat Indonesia akan menerima tiga kapal selama sehingga menjadi lima kapal selama dari dua yang selama ini dimiliki. "Dua kapal selam sudah punya, dan ditambah tiga yang saat ini sedang dibuat di Korea Selatan."


Menhan berharap tiga kapal selam yang pembuatannya sudah dikontrak dengan Korea Selatan itu salah satunya bisa dibuat di Tanah Air. “Cita-cita kita (kapal selam) yang pertama dibuat di Korea. Yang kedua dibuat di Korea tapi bertahap kadar Indonesia sudah mulai meningkat. Dan, kemudian cita-cita kita yang ketiga itu dibuat di Indonesia yaitu di PT PAL,” kata Menhan.

Purnomo mengatakan semua proses transfer teknologi dilakukan bertahap. Apalagi, kata Menhan, pembangunan kapal selam kita belum bisa membangun kapal selam.

Sidang KKIP ini membahas dua agenda yaitu penyampaian Cetak Biru Riset Produk Alat Peralatan Pertahanan dan keamanan serta Rencana Kebijakan Pembangunan Network Industri Pertahanan. Agenda kedua adalah penyampaian tentang Penguasaan Teknologi Pembangunan Kapal Selam melalui pengadaan tiga kapal selam dari Korea Selatan.

Sidang ini diakhiri dengan penandatangan Cetak Biru Riset Produk Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan, yang rencananya disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada acara puncak Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Gedung Merdeka, Bandung, Kamis (30/8).

Hadir dalam sidang KKIP ini, Menteri Perindustrian, MS Hidayat, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsuddin serta pejabat yang mewakili Kementerian BUMN, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Mabes Polri.

Menteri Perindustrian, MS Hidayat mengatakan kapal selam adalah produk yang sangat high technology (teknologi tinggi) dan hanya dimiliki oleh negara-negara yang mempunyai kemampuan teknologi seperti Korea Selatan dan Jerman.

Menurut Hidayat, Indonesia bertekad melakukan program kemandirian membuat kapal selam, meskipun tidak bisa dilakukan sekaligus. "Ini adalah suatu proses pembelian tetapi dengan suatu konten dalam suatu tahapan tertentu kita menguasai teknologi itu tahap demi tahap," kata MS Hidayat.

Menurut Hidayat, Indonesia membutuhkan dalam jangka panjang, 10-12 kapal selam. Ketiga kapal selam yang saat ini sedang dibuat di Korea, menurut Hidayat, membeli sambil membuat, dan nanti pada tahapnya kapal selam keempat dan berikutnya diharapkan bisa dilakukan di Indonesia. “Tentu itu membutuhkan suatu pengerahan sekian banyak kaum intelektual yang dididik untuk itu,” katanya.



Sumber : Jurnas

Panglima Tentara Nasional Indonesia, Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan untuk membuat kapal selam perlu pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan bisa dikejar cepat, tapi pengalaman itu yang memerlukan waktu yang sedikit panjang.

teknologi  Kapal Selam KRI CAKRA
KRI Cakra 401 sedang melakukan patroli di perairan terbuka. Indonesia berencana menambah kapal selam yang dimiliki saat ini menjadi lima unit pada 2014 mendatang. KRI Cakra merupakan buatan bekas negara Jerman Timur tahun 1977.

Oleh karena itu, proses transfer teknologi di Korea diharapkan akan memberikan bekal pengalaman untuk membangun kapal selam. “Harapan itu harus kita rebut. Memang tidak mungkin kita datang, belajar tanpa ikut terlibat langsung membangun kapal selam. Itu sangat tidak mungkin,” kata Panglima TNI usai mengikuti sidang ketujuh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (29/8).

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut ini mengatakan, para ahli tidak hanya sekadar menguasai teknologinya saja, namun juga harus dilibatkan langsung dalam membangun kapal selamnya agar mendapatkan pengalaman. “Kalau teknologi di dalamnya dan sebagainya, itu mudah dikuasai oleh para ahli kita. Tetapi pengalaman itu sulit didapat kalau tidak terlibat langsung di dalam membangun,” katanya lagi.


Terkait pembelian tiga kapal selam dari Korea Selatan, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menjelaskan, proses pengadaan kapal selam sudah melewati saringan-saringan, baik dari sisi teknis administrasi maupun dari segi regulasi.

Wamenhan menyatakan, pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) apa pun sudah memenuhi mekanisme dan prosedur, baik itu yang bertumpu pada Peraturan Presiden hingga Peraturan Menteri Pertahanan. Selain juga bertumpu kepada keinginan pengguna.

Namun, yang terpenting adalah bertumpu kepada kebijakan pemerintah. “Kebijakan pemerintah adalah memperhatikan program jangka panjang akan perlunya kemandirian industri pertahanan di dalam negeri,” kata Sjafrie Sjamsoeddin.(
Jurnas)



PT PAL akan Buat Kapal Selam

Kementerian Pertahanan (Kemhan) akan memulai pembuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam negeri, yakni menyangkut pembuatan kapal selam. Dalam upaya tersebut, Kemhan akan menyerahkan kepada PT PAL.

Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, berbicara saat rapat Panitia Kerja Alutsista Komisi I di gedung DPR

Pembuatan itu dapat dilakukan Kemhan setelah melakukan pembelian tiga unit kapal selam dari Korea Selatan melalui mekanisme transfer of technology (TOT). Karena itu, PT PAL sebagai pelaksana pembuatan nantinya akan segera diberdayakan.

Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro yang juga merupakan Ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), mengatakan, pembangunan kapal selam dalam negeri akan segera dimulai. "Karena itu PT PAL akan segera di upgrading," kata dia saat melakukan pemaparan dalam rapat KKIP ke-7, di Aula Bhineka Tunggal Ika Kemhan, Jakarta, Rabu (29/8).

Kapal selam berteknologi diesel elektrik dengan jenis DSME 209 itu, lanjut Menhan, setelah dimulai dengan pembuatan di Korea yang akan selesai pada 20 Desember 2011 lalu, maka proses lanjutannya akan dilakukan di Indonesia. Sebagai persiapan, pembuatan akan dilakukan oleh PT PAL.

Menurut Purnomo, pihaknya telah meminta PT PAL untuk segera mempersiapkan segala sumber daya demi melancarkan pembuatan. "Tentu saja PT PAL butuh peningkatan atau up grading," kata dia.

Dalam dokumen Cetak Biru Riset dan Pengembangan Produk Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alparhankam), disebutkan bahwa anggaran pembangunan dan upgrading PT PAL mencapai 150 juta dolar AS. Yakni dengan rincian sebesar 77 juta dolar untuk fasilitas dan 73 juta untuk peralatan.

Selain dana tersebut, anggaran lain yang disiapkan adalah jasa konsultan asing dan dalam negeri sebanyak 42 orang dengan besaran 35 juta dolar AS. Dalam dokumen itu juga, kebutuhan kapal selam pemerintah adalah sebanyak 10 sampai 12 buah.

Kapal-kapal tersebut nanti digunakan untuk menjaga pertahanan laut NKRI di sejumlah corong strategis, seperti Selat Malaka bagian utara, Selat Sunda, Laut Natuna, Laut Sulawesi, dan Selat Bali. Purnomo mengatakan, dikarenakan Indonesia saat ini hanya memiliki dua unit kapal selam yang telah berusia lanjut. "Makanya kita butuh kapal selam tambahan untuk mengamankan perairan," kata dia. (ROI)

Kelompok bersenjata, Rabu petang sekitar pukul 17.15 WIT, menembaki iring-iringan kendaraan yang membawa bahan makanan dan bahan bangunan dari Wamena menuju Mulia, ibukota Kabupaten Puncak Jaya, Papua.

Tanda panah menunjukkan lokasi Wamena dan Mulia di Papua
Tanda panah menunjukkan lokasi Wamena dan Mulia di Papua
 
Kapolres Puncak Jaya AKBP Marcelis ketika dihubungi ANTARA Rabu malam mengakui, kelompok bersenjata itu menembaki mobil-mobil yang berada barisan belakang hingga menyebabkan satu orang luka tembak pada leher. Korban bernama Tilu atau Kasera (26 th).

Korban dalam keadaan kritis dan sedang ditangani secara intensif di RSUD Mulia.


Menurut Kapolres Mulia, satu unit mobil pengangkut bahan makanan juga dibakar pelaku.

Iring-iringan 30 mobil pengangkut bahan makanan dan bahan bangunani itu ditembaki ketika melewati jembatan di kawasan Tingginambut.

"Saat ini sekitar 26 mobil masih tertahan di Tingginambut dan dijadwalkan Kamis (30/8) baru akan dilakukan evakuasi," kata Kapolres Puncak Jaya AKBP Marcelis.

Ketika ditanya apakah konvoi kendaraan tersebut dikawal, Kapolres Puncak Jaya menyatakan bahwa pengawalan dilakukan oleh aparat dari Yon 753.

Sementara itu Kapendam XVII Cenderawasih Letkol Inf Jansen Simanjuntak yang dihubungi ANTARA secara terpisah mengakui, pihaknya tidak mengetahui apakah konvoi tersebut dikawal anggota Yon 753 atau tidak.

" Saya akan mencari tahu dulu apakah konvoi kendaraan pengangkut bama dan bahan bangunan dari Wamena itu dikawal Yon 753 atau tidak," kata Kapendam Cenderawasih, Letkol Inf Simanjuntak.

Lama perjalanan Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya ke Mulia, ibukota Kabupaten Puncak Jaya itu dapat ditempuh selama sekitar delapan jam.



Sumber : Antara

Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) menggelar Sidang Pleno ke VII, Rabu (29/8) di Kementerian Pertahanan, Jakarta. Sidang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro selaku Ketua KKIP. Sidang ini dihadiri Menteri Perindustrian MS Hidayat, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono selaku Anggota KKIP dan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin sebagai Sekretaris merangkap Anggota KKIP.

Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Gelar Sidang Pleno Ke-VII
Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Gelar Sidang Pleno Ke-VII

Sementara itu, Anggota KKIP yang lain yaitu Menteri Riset dan Teknologi, Meneg BUMN dan Kapolri berhalangan hadir. Menristek diwakili oleh Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Teguh Rahardjo, Meneg BUMN diwakili oleh Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur Dwijanti Tjahjaningsih dan Kapolri diwakili oleh Asrena Kapolri Irjen Pol. Drs. Sulistyo Ishak, Msi.


Selain dihadiri oleh para Anggota KKIP, Sidang Pleno KKIP kali ini Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim. Sidang juga dihadiri Tim Kelompok Kerja (Pokja) KKIP, Tim Asistensi KKIP, Sekretaris Pokja KKIP serta beberapa pejabat perwakilan dari sejumlah instansi terkait lainnya dan pihak BUMNIP/BUMS.


Sidang Pleno Ke-VII KKIP yang merupakan Sidang KKIP ketiga di Tahun 2012 meliputi dua agenda, pertama penyampaian tentang “Cetak Biru Riset Produk Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan serta Rencana Kebijakan Pembangunan Network Industri Pertahanan” oleh Kabalitbang Kemhan Prof. Dr. Eddy S. Sumarno sebagai Ketua Tim Pokja I KKIP bidang Kebijakan dan Sekaligus Ketua Komtek Hankam Dewan Riset Nasional.

Sedangkan agenda kedua adalah penyampaian tentang “Penguasaan Teknologi Pembangunan Kapal Selam Melalui Pengadaan 3 Kapal Selam Dari Korea Selatan” oleh Direktur Jenderal Potensi Pertahanan (Dirjen Pothan) Kemhan Dr. Ir. Pos M. Hutabarat.

Sidang diakhiri dengan Penandatanganan Cetak Biru Riset Produk Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan , yang selanjutnya Cetak Biru tersebut akan disampaikan kepada Presiden RI saat Acara Puncak Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, Kamis (30/8) di Gedung Merdeka, Bandung.

Cetak Biru ini dibuat dengan maksud untuk memberikan arah, kerangka kebijakan, pedoman dan prioritas utama dalam riset dan pengembangan produk alat peralatan pertahanan dan keamanan, selaras dengan rencana pencapaian kebutuhan pokok minimum hingga postur ideal alat peralatan pertahanan dan keamanan.

Demikian Siaran Press Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan.



Sumber : DMC

Ribuan personel peserta Latihan Antar Kecabangan (Latancab)  tingkat Brigade tahun 2012 melakukan pemindahan pasukan untuk melaksanakan Operasi Penggabungan di Lanudad Gatot Subroto Waituba, Waikanan, Lampung Utara, Selasa (28/08).

Latancab 2012
Pasukan Latancab 2012 - Kolone merah melewati rute Jalur Barat Lintas Sumatra
 
Pemindahan Pasukan dibagi menjadi tiga  kolone, yaitu kolone biru, kolone kuning dan kolone merah. Kolone merah dan kuning bergerak satu arah untuk menuju Tanjung Raya Giham, Waikanan Lampung Utara. Sedangkan kolone biru  bergerak menggunakan kereta api  juga dengan tujuan way Tuba.

Kolone biru dipimpin langsung oleh Dan BTP Letkol Inf Suparlan terdiri dari Yonif 514/R/Kostrad, Yonif 509/Kostrad, Kompi Pernika, Kompi Zeni Tempur dan Satgaspen yang bergerak dari Lapangan Saburai Bandar Lampung menuju stasiun KA. Tanjung Karang pukul 07.00 Wib dengan perjalanan kurang lebih empat jam.


Sedangkan kolone merah dan kuning dipimpin Wadan BTP Letkol Inf Erwan Subekti. Kolone merah terdiri dari Satuan Armed, Satuan Arhanud, Satuan Bantuan Administrasi (Satbanmin) sedangkan kolone kuning terdiri dari satu Kompi Mekanis dengan kendaraan Anoa, Satuan Kavaleri, Satuan Armed yang bergerak dari Yonif 143/TWEJ.

Kolone kuning  pada pukul 07.00 Wib dan Kolone merah bergerak pada pukul 08.00 Wib dengan rute terpisah setelah melewati terminal Terbanggi, kolone merah melewati rute Jalur Barat Lintas Sumatra, kolone kuning melewati rute  Ketapang-Balaraja. Kedua Kolone bertemu kembali di Simpang Negeri Baru Waikanan dan melanjutkan pergerakan menuju Waituba untuk bergabung dengan Kolone biru.

Selanjutnya pada hari Rabu (29/8) pagi sekitar pukul 06.15 Wib pasukan Yonif Linud 501 akan penerjunan taktis di Simpang Lengot way Tuba.  Sesudah penerjunan  taktis tersebut akan melaksankan perebutan sasaran di dua tempat yaitu di Bandara Lanudad Gatot subroto Way Tuba dan Jembatan Kota Baru.



 "Jadilah Prajurit yang Selalu Dicintai Rakyat“

Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letnan Jenderal TNI Budiman mengadakan kunjungan kepada para peserta Latihan Antar Kecabangan Angkatan Darat Tingkat Brigade tahun 2012 bertempat di Giham Way Tuba Lampung Utara, Rabu (29/8).

Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letnan Jenderal TNI Budiman Sedang Memberikan Arahan
Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letnan Jenderal TNI Budiman Sedang Memberikan Arahan

Wakasad dalam arahannya menyampaikan bahwa TNI adalah berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Oleh sebab itu kita harus bersatu dengan rakyat sehingga kita harus buktikan bahwa TNI yang selama ini menjadi kebanggaan rakyat dapat menjalankan tugas dalam latihan ini dengan penuh semangat dan kesungguhan hati, karena ini Sebagai pertanggungjawaban TNI AD kepada rakyat dan bangsa Indonesia.

Lebih lanjut Wakasad menyampaikan bahwa selain kita menjalankan tugas latihan dengan penuh semangat dan kesungguhan hati, selaku prajurit TNI kita juga harus dapat menjadi prajurit teritorial yang ramah kepada semua rakyat sehingga rakyat dapat menjadi lebih dekat lagi kepada prajurit TNI khususnya TNI Angkatan Darat.

Latihan ini juga latihan pertama yang melibatkan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) dari Batalyon Pernika dan Batalyon Kesehatan. Oleh karena itu Jenderal bintang tiga menegaskan agar para Kowad yang mengikuti kegiatan latihan ini dapat lebih semangat lagi dan lebih disiplin dalam menjalankan latihan antar kecabangan yang diadakan oleh Angkatan Darat. Disamping itu selain berbuat dan bekerja lebih baik dalam melaksanakan latihan Kowad juga dituntut untuk dapat mendidik anak-anaknya menjadi generasi penerus yang dapat menjadi kebanggaan Bangsa dan Negara.

Tampak hadir mendampingi Wakasad dalam kunjungan tersebut Komandan Komando Doktrin Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat (Dankodiklat) Letjen TNI Gatot Nurmantio, Pangdam II/Sriwijaya Mayor Jenderal TNI Nugroho Widyotomo, para Asisten Kasad, Dirlat Kodiklat Brigjen TNI P. Agus Irianto selaku Direktur latihan  dan para pejabat teras TNI AD lainnya. (Satgaspen)


Sumber : TNI AD

Guna mengasah tingkat kemampuan profosionalisme prajurit, tidak ada kata lain yang harus dilakukan, yaitu melaksanakan latihan dan latihan. Dengan melaksanakan latihan secara periodik dan berlanjut, diharapkan tingkat kemampuan profesional prajurit tetap terjaga dan terpelihara.



Demikian juga yang dilakukan oleh jajaran prajurit Satuan Kapal Cepat Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkat Koarmatim), khsususnya perwakilan perwira Korps Pelaut dan Tim Pos Informasi Tempur (PIT) prajurit KRI Ajak-653  pada minggu ke dua bulan Agustus ini, telah melaksanakan latihan prosedur penembakan Torpedo (TPO) Sut di Arsenal Batu Poron Madura.



Latihan teori dan praktek yang berlangsung selama tiga hari tersebut berjalan lancar sesuai yang dijadwalkan. Selama latihan, nampak para perwira dan Tim PIT prajurit KRI Ajak-653 sangat antusias menerima semua pembekalan yang diberikan oleh Tim instruktur dari Arsenal. Materi yang diberikan selama latihan berlangsung diantaranya, pengetahuan umum, karakteristik operasional dan pengendalian Torpedo Sut.



“Latihan ini disamping untuk meningkatkan kemampuan profesional prajurit KRI Ajak dalam melakukan prosedur penembakan Torpedo Sut secara benar dan akurat, disisi lain juga sekaligus untuk persiapan menghadapai latihan Armada Jaya XXXI yang akan digelar dalam waktu dekat ini, “kata Komandan KRI Ajak-653 Letkol Laut (P) Alan Dahlan menegaskan. (Dispenarmatim)

“Kita perlu ingat bahwa masa damai adalah masa persiapan untuk perang, dan pada masa damai seperti sekarang inilah Korps Marinir selalu menyiapkan diri dengan berlatih agar terwujud kesiapan operasional guna menghadapi tugas yang akan datang,”

Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin mengatakan, dalam menghadapi perkembangan situasi ke depan, diharapkan Pasmar-1 terus membina, meningkatkan dan memantapkan identitas serta jati diri prajurit Korps Marinir yang bermoral, profesional, dan dicintai rakyat.

Marinir TNI AL
Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin memimpin upacara serah terima tampuk kepemimpinan Pasmar-1

Pada aspek peningkatan profesionalisme keprajuritan, penyelenggaraan latihan secara bertingkat dan berlanjut, harus terus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan dengan tetap berpedoman pada prosedur binlat Korps Marinir.

“Kita perlu ingat bahwa masa damai adalah masa persiapan untuk perang, dan pada masa damai seperti sekarang inilah Korps Marinir selalu menyiapkan diri dengan berlatih agar terwujud kesiapan operasional guna menghadapi tugas yang akan datang,” ujar Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin pada acara penyerahan tampuk kepemimpinan Pasmar-1 di Bhumi Marinir Karang Pilang, Surabaya, Selasa (28/08/2012).

Kolonel Marinir R. Gatot Suprapto secara resmi memegang tampuk kepemimpinan Pasmar-1 mengantikan Brigjen TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara melalui prosesi upacara militer yang dipimpin Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin.

Kolonel Marinir R. Gatot Suprapto yang merupakan Alumni AAL 29 sebelumnya menjabat sebagai Kepala  Staf  Pasmar-2  sedangkan Brigjen TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara  menempati pos jabatan yang baru sebagai Kepala Staf Korps Marinir.

Disamping itu, Komandan menjelaskan, kendala yang ada merupakan tantangan yang harus dihadapi dan dicarikan solusinya, hal ini telah dibuktikan oleh prajurit-prajurit Pasmar-1, dimana tidak bisa dipungkiri dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara tercinta, Pasmar-1 telah banyak menorehkan tinta emas dengan senantiasa hadir dan berkontribusi positif dalam setiap penugasan operasi maupun tugas-tugas lainnya dengan keberhasilan yang membanggakan Korps Marinir.

Menurutnya, pergantian pejabat dalam organisasi militer adalah hal wajar, karena merupakan bagian dari pembinaan personel secara berkesinambungan dan selalu berjalan secara dinamis sebagai bagian dari tour of duty dan tour of area.

“Dengan serah terima jabatan ini, diharapkan dapat membawa semangat baru dalam lingkungan organisasi Pasmar-1 dan output yang dihasilkan akan berpengaruh positif terhadap peningkatan kualitas kinerja organisasi Korps Marinir secara menyeluruh,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut Komandan Korps Marinir, atas nama pribadi sekaligus pemimpin Korps Marinir, menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Brigadir Jenderal TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara atas dharma bhakti dan pengabdian serta dedikasi yang tulus dalam memimpin dan memajukan Pasmar-1. Kepada ibu Sri Rejeki Tommy Basari Natanegara, Komandan juga menyampaikan ucapan terima kasih atas segala jerih payah dan pengabdiannya mendampingi suami ikut serta dalam membina organisasi istri-istri prajurit atau Jalasenastri Pasmar-1, yang juga telah memberikan kontribusi positif dalam pembinaan kehidupan dan kesejahteraan keluarga prajurit di lingkungan Pasmar-1.



Sumber : Pelita Online

Salah satu Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) diberangkatkan ke Singapura dalam rangka mengikuti latihan bersama (latma) dengan Angkatan Laut (AL) dari negara-negara Asia Tenggara dan US Navy.

KRI Clurit-641
KRI Clurit-641 di Perairan Batam
 
Kepala Dispen Koarmabar Letkol Laut (KH) Agus Cahyono menerangkan, latihan bersama dengan nama South East Asia Coorporation And Training (SEACAT) adalah kegiatan latihan multilateral Angkatan Laut kawasan Asia Tenggara dan US Navy di Naval Base Changi Singapura.

TNI Angkatan Laut pada latihan bersama tersebut mengikutsertakan KRI Clurit-641, kapal perang di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) yang sehari-harinya berada dibawah pembinaan Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmabar dengan pangkalan di Tanjung Uban.

“Keikutsertaan KRI Clurit-641 yang dikomandani Mayor Laut (P) Lewis N. Nainggolan dalam latihan multilateral Angkatan Laut kawasan Asia Tenggara di Singapura tersebut untuk meningkatkan profesionalisme prajurit dalam kerjasama pada pelaksanaan operasi laut bersama yang dilaksanakan di wilayah perairan masing-masing negara,” ujar Kadispen di Jakarta, Selasa (38/08/2012).

Pelaksanaan kegiatan SEACAT di Changi Naval Base Singapura tersebut, tambahnya, direncanakan akan berlangsung selama lima hari dan diikuti dari beberapa peserta perwakilan Angkatan Laut Asia Tenggara diantaranya Malaysia, Thailand, Brunei, Filipina serta Singapura dan USN.

Adapun materi-materi yang terdapat dalam latihan bersama tersebut antara lain Pertukaran Informasi Antar Pusat Komando Pengendali pada saat digelar kegiatan latihan.



SUmber : Pelita Online

Kondisi alat utama sistem persenjataan (alutsista) negara kita sudah banyak yang uzur. Tak ada cara lain, selain melakukan modernisasi mesin tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI).


Untuk itu, tahun depan, pemerintah menyiapkan anggaran untuk membeli peralatan perang baru maupun memperbaiki yang lama sebesar Rp 28,2 triliun. Ini naik 36,31% dari total bujet belanja Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang mencapai Rp 77,7 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBN) tahun 2013.

Jumlah tersebut meningkat sebanyak Rp 4,8 triliun atau 6,6% ketimbang anggaran belanja Kemhan di APBN Perubahan 2012 yang sebesar Rp 72,9 triliun. Bujet belanja Rp 77,7 triliun ini berasal dari keuangan negara sebesar Rp 64,4 triliun, pinjaman luar negeri sebesar Rp 12,8 triliun, dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 600 miliar.

Hartind Asrin, Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Keamanan, mengatakan, kenaikan anggaran dari Rp 72,9 triliun menjadi Rp 77,7 triliun akibat melonjaknya seluruh aspek anggaran, mulai dai belanja pegawai, belanja barang hingga belanja modal.
Sedang bujet belanja alutsista merupakan rencana strategis lima tahun, yakni 2010 sampai 2014. "Total anggaran belanja alutsista selama lima tahun mencapai Rp 150 triliun," katanya kepada KONTAN, Senin (27/8).

Tahun ini, Kemhan menargetkan pengadaan alutsista bisa mencapai 40%. "Kami menunggu undangan DPR untuk membahas alokasi anggaran ini. Mungkin pekan depan," imbuh Hartind.

T.B. Hasanuddin, Wakil Ketua Komisi Pertahanan (I) DPR, bilang, pembahasan RAPBN 2013 mulai awal September 2012 nanti."Butuh waktu dua tiga bulan untuk merampungkan pembahasan ini karena substansinya sangat banyak," ujarnya.
Menurut Hasanuddin, belanja alutsista sangat penting karena banyak senjata TNI yang sudah tua. "Usia senjatanya bahkan ada yang sudah 30 tahun. Maka, harus diganti dengan senjata yang lebih modern," ungkapnya.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini berharap, anggaran Kemhan bisa digunakan sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan. Selain itu, bisa terjadi transfer of technology di setiap pembelian alutsista dari luar negeri, serta mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabel.

Hasanuddin menambahkan, pengadaan alutsista dari luar negeri antara lain pesawat yang dibeli dari Rusia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Brasil. Sementara, pembelian dari dalam negeri melibatkan PT Pindad, PT PAL dan PT Dirgantara Indonesia.




Sumber : Kontan

Tentara Nasional Indonesia mulai 2012 menambah jumlah perwiranya untuk melaksanakan pertukaran studi di China.

 
Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI di Bejing Kolonel Lek Surya Margono kepada ANTARA di Beijing, Selasa mengatakan masing-masing angkatan yakni darat, laut dan udara mengirimkan tiga pewira siswanya ke sekolah staf dan komando di China, dari sebelumnya hanya dua orang.

"Demikian juga untuk Universitas Pertahanan, juga mengirimkan dua hingga tiga orang untuk belajar di Universitas Pertahanan China," katanya, menambahkan.

Peningkatan jumlah perwira TNI yang belajar di Negeri Panda sejalan dengan makin meningkatkan hubungan bilateral kedua negara, terutama dalam bidang pertahanan keamanan.

Selain pertukaran perwira, Angkatan Bersenjata Cina People's Liberation Army (PLA), menawarkan kursus bahasa Mandarin bagi perwira TNI.

"Dengan makin luasnya hubungan kedua negara, utamanya dalam bidang pertahanan dan keamanan maka pemahaman kedua pihak tentang dua negara akan semakin baik dan memperkokoh hubungan serta kerja sama yang telah berjalan baik," ujar Surya.

Indonesia dan China telah membentuk forum konsultasi bidang pertahanan dan keamanan pada 2007 sebagai bagian dari kemitraan strategis yang dideklarasikan kedua pimpinan negara pada April 2005.

Sebagai tindak lanjut kerja sama pertahanan yang telah disepakati kedua negara melalui forum konsultasi bilateral itu, militer kedua negara telah melakukan sejumlah kerja sama seperti latihan bersama Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat dengan Komando Pasukan Khusus PLA.

Pertukaran perwira sekolah staf dan komando serta Universitas Pertahanan, pelatihan pilot pesawat tempur Sukhoi dan pembelian beberapa alat utama sistem senjata. Kedua negara juga telah menyepakati nota kesepahaman kerja sama industri pertahanan pada 2011.



Sumber : Antara

Meski Indonesia tidak terlibat dalam klaim wilayah, namun ketegangan antara Cina, Filipina dan Vietnam di laut Cina Selatan memunculkan kekhawatiran. Ditakutkan adanya kerawanan potensi ancaman yang dapat mempengaruhi stabilitas nasional.

Peta Konflik Laut Cina Selatan
Peta Konflik Laut Cina Selatan


Hal ini disampaikan oleh Kepala Staff Umum (Kasum) TNI Marsekal Madya Daryatmo pada saat penyampaian amanat dari Panglima TNI dalam upacara pembukaan latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI Kilat XXIX di Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (27/8/2012).

"Perkembangan situasi yang terjadi di kawasan Laut Cina Selatan mengarahkan perhatian kita terhadap munculnya kerawanan dan potensi ancaman yang dapat mempengaruhi stabilitas nasional. Karena di sana juga terletak kepentingan Indonesia, khususnya pada aspek politik, ekonomi, militer dan pertahanan," ujar Kasum TNI Marsekal Madya Daryatmo.

Dengan demikian, lanjut Daryatmo, tentu akan perlu adanya penguatan pertahanan dan gelar operasi TNI guna mengamankan kepentingan nasional. Khususnya di utara Kepulauan Natuna, yang berdekatan dengan Laut Cina Selatan.

"Hal ini dalam rangka meminimalisasi terjadinya spill over konflik laut Cina Selatan yang muncul. Dan mengamankan berbagai objek vital di zona ekonomi ekslusif Indonesia tersebut," ucapnya.

Daryatmo juga mengatakan, TNI harus melakukan analisa secara terus menerus terhadap kecenderungan perkembangan situasi serta mengevaluasi kemampuan dalam menyusun gelar kekuatan. Selain itu juga menyusun strategi atau skenario parsial dalam pengamanan objek vital nasional di kawasan Natuna, yang merupakan gerbang ekonomi Indonesia ke kawasan Asia Timur.

"Inilah situasi yang mungkin akan kita hadapi di tahun 2012 dan lima tahun ke depan. Saya berharap kepada seluruh perwira agar benar-benar dapat meningkatkan pemikiran prediktif dan langkah antisipatif dalam rangka menetapkan strategi dan memelihara skala prioritas pembangunan ekonomi dan keuangan negara," ucap Dryatmo di depan pasukan TNI.


Sumber : Detik

Markas Besar TNI mengklaim rudal AGM-65K2 "Maverick All-Up-Round" sebagai bagian dari kebutuhannya. "Itu salah satu kelengkapan pesawat yang dibutuhkan oleh TNI," kata Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul kepada wartawan, Senin, 27 Agustus 2012.

Peluru Kendali (Rudal) AGM-65K2 ''Maverick All-up-round''.
Peluru Kendali (Rudal) AGM-65K2 ''Maverick All-up-round''.

Namun Iskandar mengatakan akan menyerahkan rencana pembelian rudal itu pada Kementerian Pertahanan. "Tentu semuanya harus disesuaikan dengan anggaran yang ada, urusan itu biar Kemhan yang memutuskan," kata Iskandar.

Iskandar memastikan TNI memerlukan 18 paket peluru kendali pabrikan Raytheon Co ini. "Kalau punya pesawatnya, tentu harus dilengkapi dengan sistem persenjataan yang memadai," ujar dia.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan persetujuannya untuk menjual perangkat rudal F-16 ke Indonesia. Berdasarkan nota yang dikirim pada Rabu pekan lalu itu, Indonesia disebut-sebut meminta paket 18 rudal jenis AGM-65K2 "Maverick All-Up-Round", 36 rudal untuk latihan para pilot, tiga rudal latihan "perawatan" beserta suku cadangnya, perlengkapan pengujian, serta latihan personal.

Rudal AGM-65 buatan Raytheon Co itu dirancang untuk menyerang target jarak jauh, termasuk kendaraan lapis baja, pertahanan udara, transportasi darat, dan fasilitas penyimpanan. "Penjualan ini akan menjadikan Indonesia mitra regional yang berharga di sebuah wilayah penting di dunia," kata Pentagon, seperti dikutip dari laman Business Recorder, Ahad 26 Agustus 2012. 


Sumber : Tempo



Pesawat Jet Tempur Tanpa Rudal Jarak Jauh Tak Ada Gunanya

Indonesia harus bisa memainkan posisi tawar dalam negosiasi pengadaan alutsista

Memperkuat persenjataan pada pesawat jet tempur F-16, adalah hal yang niscaya karena pesawat jet tempur tanpa dipersenjatai rudal terpandu jarak jauh, tidak ada gunanya .

Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie
Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie

Hal ini dikatakan oleh pengamat militer, Connie Rahakundini Bakrie, menyusul berita yang dilansir kantor berita Reuters dari Washington DC, Amerika Serikat pada Jumat (24/8), yang melaporkan pemerintah Presiden Barack Obama, telah mengusulkan untuk menjual rudal terpandu jarak jauh dan peralatan terkait senilai 25 juta dollar Amerika, untuk melengkapi armada pesawat jet tempur F-16 yang dimiliki Indonesia.

“Pesawat jet tempur memang harus bisa menembak, tapi harus diperhatikan apakah hal ini memang sesuai dengan kebutuhan TNI Angkatan Udara sebagai penggunanya,” ujar Connie ketika dihubungi, Minggu (26/8).

Indonesia disebutnya harus bisa memainkan posisi tawar, yang lebih baik dalam negosiasii pengadaan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) dengan Amerika Serikat, mengingat Amerika Serikat memandang posisi strategis Indonesia, dan dianggap sebagai kekuatan pengimbang terhadap China di kawasan Asia.

Dalam hal ini dan dengan konteks sengketa di kawasan Laut China Selatan antara China, Taiwan dan empat negara anggota ASEAN, Connie mengatakan Indonesia dapat menggunakan posisi tawarnya, untuk meminta Amerika agar mendukung penguatan kekuatan militer Indonesia di laut dan tidak hanya di udara.

"Kesempatan ini harus dimanfaatkan untuk mendapatkan perjanjian kerjasama yang lebih baik untuk membangun armada laut baru, seperti Armada Pasifik dan Armada Lautan Hindia, sehingga melengkapi Armada Barat dan Armada Timur yang sudah ada,” ujar Connie.

Namun Connie mengatakan bahwa kebijakan politik luar negeri Indonesia bebas aktif, dengan semboyan one thousand friends zero enemy dapat menimbulkan kebingungan, untuk menentukan aliansi yang kuat dengan salah satu kekuatan besar di dunia, walau hal ini juga dapat digunakan untuk menjalin kerjasama yang lebih erat dengan Amerika dan China.

Connie memberikan contoh bahwa Indonesia dapat membagi kerjasama militernya dengan kedua negara tersebut, dalam membangun dan memperkuat armada laut, misalnya membangun Armada Barat dan Samudera Hindia dengan China, sementara Armada Timur dan Pasifik dengan Amerika.

“Ini akan membuat Indonesia sebagai negara dengan kekuatan pengimbang yang sebenarnya. Menurut saya, ini adalah gerakan non blok abad ke-21,” ujar Connie.

Sumber : Berita Satu

Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh-593 dari jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) mendukung pelaksanaan Operasi Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari (LNRPB) III Sail Morotai tahun 2012.

KRI Banda Aceh Berpartisipasi dalam Sail Morotai 2012
KRI Banda Aceh-593 ini memuat bahan-bahan dan perlengkapan yang akan dipergunakan dalam Operasi Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari (LNRPB) III Sail Morotai 2012 dari beberapa kementerian dan beberapa instansi pemerintah.
 
KRI Banda Aceh yang dikomandani oleh Letkol Laut (P) Suratun, siap melaksanakan tugas-tugas operasi baik dalam mendukung Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

Kepala Dinas Penerangan Kolinlamil, Letkol Laut (KH) Maman Sulaeman mengatakan KRI Banda Aceh melaksanakan embarkasi muatan di dermaga Markas Komando Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (25/8) lalu.

Dalam embarkasi tersebut, KRI Banda Aceh-593 ini memuat bahan-bahan dan perlengkapan yang akan dipergunakan dalam Operasi Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari (LNRPB) III Sail Morotai 2012 dari beberapa kementerian dan beberapa instansi pemerintah.

Kementerian Kesehatan mengirimkan 297 paket sembako dan 2 dus obat-obatan. Demikian juga Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mengirim 2.000 paket sembako, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebanyak 30 karton ikan kaleng, 18 koli ikan kering, 2 dus poster gemar makan ikan. Sedangkan Kementerian Sosial mengirim satu unit kendaraan Panther, 1 unit Ford Ranger serta Kementerian Agama mengirim 4 dus buku-buku Katolik.

Sementara itu, BKKBN mengirim 49 dus buku-buku Keluarga Berencana (KB), Perpustakaan Nasional 8 dus buku-buku, Pertamina 76 koli alat-alat sekolah dan olahraga, Dinas Pekerjaan Umum kendaraan Dum Truck 2 unit, kendaraan tangki air 3 unit, truck sampah 3 unit, kendaran beko (looder) 2 unit, truck PS 1 unit. Juga Bakor Sutanal mengirim 104 lembar peta, Bank Indonesia 7 unit genset, Perum Bulog 1.056 karung sembako, dan rumah zakat 581 karung paket sembako.

“Kegiatan Operasi Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari (LNRPB) III Sail Morotai 2012 yang menggunakan kapal perang adalah sebagai wujud dalam membantu menyukseskan program-prorgam pemerintah dalam membina, membentuk karakter pemuda Indonesia yang mempunyai wawasan kebaharian, kepemimpinan dan nasionalis,” kata Kadispen Kolinlamil.



Sumber : Jurnas

Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyelenggarakan latihan bagi Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI tahun 2012. Latihan TNI melibat 2.500 prajurit TNI terdiri dari unsur Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, terbagi dalam dua kelompok latihan yaitu latihan Posko dan latihan lapangan.


Latihan Posko berlangsung di Markas Komando Divisi I/Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, 27-30 Agustus 2012. Sedangkan latihan lapangan akan berlangsung di Natuna, Kepulauan Riau, 31 Agustus 2012 sampai 9 September 2012.

“Latihan PPRC ini harus menganalisa secara terus-menerus terhadap kecenderungan perkembangan situasi serta mengevaluasi kemampuan dan batas kemampuan TNI dalam menyusun gelar kekuatan inter-operability Satgas darat, satgas laut, satuan pelaksana operasi (Satlakops) udara, serta menyusun strategi atau skenario-skenario parsial dalam pengamanan obyek vital nasional di kawasan Natuna, yang merupakan gerbang ekonomi Indonesia ke kawasan Asia Timur,” kata Panglima TNI dalam amanatnya dibacakan oleh Kepala Staf Umum TNI, Marsekal Madya TNI Daryatmo pada upacara Pembukaan Latihan PPRC TNI tahun 2012 di Markas Komando Divisi Infanteri I/Kostrad, Cilodong, Jawa Barat, Senin (27/8).

Panglima TNI mengatakan Indonesia memberikan perhatian terhadap perkembangan situasi yang terjadi di kawasan laut China Selatan utamanya dengan munculnya kerawanan dan potensi ancaman yang dapat memengaruhi stabilitas nasional. Sebab Indonesia memiliki kepentingan khususnya pada aspek politik, ekonomi, militer dan pertahanan.

Menurut Panglima TNI, Indonesia tidak dalam klaim wilayah di perairan laut China tersebut, namun dengan munculnya tindakan sepihak melalui penerbitan peta unilateral laut China Selatan tahun 1993 yang mencantumkan sembilan garis putus-putus di laut China Selatan, atau yang dikenal dengan Nine Dotes Lines atau “U” Shape Lines atau Nine-Dash Line, dinilai telah mengganggu zona ekonomi ekslusif Indonesia di utara Kepulauan Natuna.

Dalam perspektif keamanan nasional Indonesia, eskalasi sengketa laut China Selatan dan keberadaan Nine Dotes Lines, tentunya akan berimplikasi pada penguatan pertahanan dan gelar operasi TNI. Tujuannya untuk mengamankan kepentingan nasional Indonesia dalam rangka meminimalisasi terjadinya spill over konflik laut China Selatan yang muncul dan mengamankan berbagai obyek vital di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia tersebut.

Menurutnya, situasi tersebut kemungkinan akan dihadapi di tahun 2012 dan lima tahun ke depan. Oleh karena itu, Panglima TNI mengharapkan kepada seluruh perwira agar benar-benar mampu membaca situasi berikut segala kecenderungannya.

Dengan demikian dapat meningkatkan pemikiran prediktif dan langkah antisipatif dalam menetapkan strategi dan memelihara skala prioritas pembangunan serta pengerahan kekuatan PPRC TNI dihadapkan fluktuasi kondisi ekonomi dan keuangan negara.

Di sisi lain, perkembangan situasi dapat diskenariokan bagi kepentingan latihan PPRC TNI guna mencapai realisme latihan baik dari aspek strategis, operasional, taktik, teknik dan prosedur, maupun aspek psikologis serta aspek penelitian dan pengembangan.

Menurutnya, TNI sebagai institusi negara terus dihadapkan kepada hamparan tantangan tugas yang tidak semakin ringan. Di tengah kuatnya arus globalisasi yang semakin membuka lebar “keran” persaiangan pengembangan kekuatan militer di setiap belahan kawasan dunia.

Dalam konteks energi, kendatipun dinamika yang tampak di permukaan bernuansa ekonomi, namun sesungguhnya di garis belakang setiap negara cenderung menyiapkan perangkat pengamanan, termasuk di dalamnya “mesin militer” guna mempertahankan wilayah kedaulatan dan menjamin keberadaan sumber energi yang menjadi ladang ekonomi suatu negara. (Jurnas)



KASUM TNI BUKA LATIHAN PPRC TNI KILAT XXIX 2012

Kepala Staf Umum (Kasum)TNI Marsekal Madya TNI Daryatmo, S.IP., mewakili Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., bertindak selaku Inspektur Upacara pada pembukaan Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI KILAT XXIX tahun 2012, bertempat di Markas Divisi Infanteri-1/Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (27/8). Bertindak selaku Komandan Upacara, Kolonel Laut (T) Andy Kriswanto yang sehari-hari menjabat sebagai Asintel Guspurlabar.

Upacara Pembukaan Latihan PPRC 2012
Upacara Pembukaan Latihan PPRC 2012


Personel TNI yang terlibat dalam Latihan PPRC TNI Kilat XXIX 2012 sebanyak 2500 prajurit TNI, terdiri dari 40 personel Satkomlek, 487 personel Satlinud, 25 personel KDOL, 508 personel Satlakopsud, dan 1025 personel Satgasla.

Panglima TNI dalam amanatnya yang dibacakan oleh Kasum TNI menekankan, kepada peserta latihan, agar melaksanakan latihan ini dengan penuh kesungguhan, dedikasi dan disiplin tinggi serta penuh rasa tanggung jawab. Pelihara realisme latihan dan disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis serta kemungkinan kontinjensi yang mungkin timbul di wilayah daratan, sehingga dapat mewujudkan suatu konsep strategi penangkalan dan penindakan yang dapat dioperasionalkan dalam kondisi yang sebenarnya.

Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan, rencana operasi yang dirumuskan harus dapat memvisualisasikan gambaran konsep operasi yang terintegrasi dan terkoordinasi, baik berupa manuver maupun bantuan yang diperlukan serta kembangkan tactical floor game (TFG), table top game dan tactical air maneuver game (TAMG), guna meningkatkan kemampuan satuan dan kemampuan perorangan.


Inkspeksi Peserta Latihan PPRC 2012
Inkspeksi Peserta Latihan PPRC 2012
 
Jadikan latihan ini sebagai sarana kajian dan evaluasi, guna menyempurnakan dokumen strategis operasional TNI, yang menuntut keterpaduan inter-operability antar unsur PPRC TNI dan perhatikan faktor keamanan personel maupun materiil selama pelaksanaan latihan, kata Panglima TNI.

Untuk itu, lanjut Panglima TNI, pegang teguh prosedur tetap yang telah dibuat dan dilatihkan, serta jaga kondisi fisik agar pelaksanaan latihan tidak menjadi beban atau bahkan mengakibatkan timbulnya kerugian.

Geladi Mako PPRC TNI Kilat XXIX 2012 dilaksanakan mulai tanggal 27 Agustus sampai dengan 31 Agustus 2012, di Markas Divisi Infanteri-1/Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat. Sementara itu, Gladi Lapangan akan diselenggarakan di Natuna Kepulauan Riau pada tanggal 31 Agustus sampai dengan 7 September 2012.

Turut hadir dalam upacara pembukaan tersebut, antara lain Irjen TNI Letjen TNI Geerhan Lantara, para Asisten Panglima TNI dan Angkatan, Kapuspen TNI Laksda TNI Iskandar Sitompul, S.E., serta beberapa Pejabat Teras Mabes TNI dan Angkatan. (Puspen TNI)

Pemesanan senjata dari pemerintah Irak kepada Pindad dinilai sebagai pembuktian bahwa kualitas produk Indonesia dapat memenuhi standar global.

 

Terkait hal ini, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) Dahlan Iskan menyatakan senang atas hal ini. “Saya dengar kunjungan wakil menteri pertahanan (wamnehan) sukses sekali, dan Irak percaya sekali dengan senjata buatan indonesia,” katanya ditemui usai acara silaturahmi pasca Lebaran 2012, di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (27/8).

Beberapa waktu lalu, Wamenhan Sjafrie Syamsuddin tandang ke Irak dan Uganda dan hasilnya berupa kepercayaan kedua negara ini untuk memesan persenjataan buatan Indonesia.

Dahlan menuturkan, keberangkatan Wamenhan itu selayaknya tenaga marketing andal utamanya bagi PT DI, Pindad, dan Dahana.

Semua pesanan yang diterima RI dari Irak akan ditangani ketiga perusahaan BUMN tersebut. “Kita terima semua pesanan yang ada. Saya senang sekali karena Wamenhan kita ke Irak menjadi tenaga marketing yang baik untuk PT DI, Pindad dan Dahana, "ucap dia.

Keberangkatan Sjafrie Sjamsoeddin ke Irak, Uganda, dan Kongo didampingi oleh Dirut Pindad, Adik Avianto.

Ketika di Irak, para delegasi RI membawa persenjataan buatan Indonesia seperti kendaraan ringan lapis baja, Anoa, serta senapan SS-2.

Sebagai kelanjutan pemesanan ini, maka Dahlan mengimbuhkan, delegasi militer Irak akan datang pada 5 Oktober 2012 mendatang untuk mengunjungi pabrik senjata Indonesia.

Selain senjata, Irak pun berminat beli pesawat CN-235 dan NC-212 yang akan ditangani PT Dirgantara Indonesia (DI)



Sumber : Jurnas

MARI themes

Diberdayakan oleh Blogger.